Zaman Praaksara

ranggaku 8 April 2023

Pada Zaman Praaksara di Indonesia dengan yang lainya berbeda-beda sesuai dengan pendukung mengenal aksaranya.

Dengan adanya penemuan tersebut, kita menjadi tahu nenek moyang bangsa kita itu.

Alat – alat yang ditemukan menunjukkan sebuah jalur yang bisa menulusuri dari awal dan berakhirnnya zaman tersebut.

Penasaran? Yuk simak penjelasan tentang zaman praaksara dibawah ini!


Pengertian Zaman Praaksara

Pengertian Zaman Praaksara

Zaman praaksara juga sering disebut dengan zaman nirleka (nir artinya “tidak”, leka artinya “tulisan aksara”) yang berarti zaman tulisan belum ditemukan.

Jadi, apa sih yang dimaksud dengan zaman praaksara?

Zaman praaksara merupakan dimana manusia purba belum mengenal tulisan.

Karena, setiap suku yang ada mengalami masa prasejarah yang mempunyai masa periode yang berbeda-beda atau gak bersamaan.

Hilangnya sama prasejarah ini mempunyai waktu yang berbeda – beda juga.

Kemudian, setelah manusia mulai memahami atau mengenal tulisan, di zaman tersebut juga berubah menjadi zaman sejarah.


Keadaan Bumi pada Zaman Praaksara

Keadaan Bumi pada Zaman Praaksara

Kira – kira, di era Keinozoikum atau Neozoikum terjadi kurang lebih 65 juta tahun yang lalu.

Saat itu, keadaan bumi udah mulai stabil da kehidupan yang semakin bertambah berkembang dan juga beragam.

Masa Neozoikum yaitu dibagi menjadi 2 zaman, yaitu periode kuartal (era keempat) dan periode tersier (era ketiga).

Selama periode tersier, spesies hewan – hewan besar mulai menurun dan mamalia seperti monyet dan kera.

Selama kuartal ini, tanda – tanda kehidupan manusia purba mulai muncul. Kuartal ini dibagi menjadi dua periode, Pleistosen dan Halosen.

Plaistocene yaitu dalam sebuah awal kehidupan manusia. Pleistosen gak cuma disebut dengan diluvium, tapi disebut juga dengan zaman es atau gletser.

Gletser ini bisa ditandai dalam jumlah air yang berubah jadi sebuah es, permukaan laut juga turun kurang lebih 100 sampai 150 meter, dan laut dangkal jadi daratan.

Paparan Sunda dibentuk di Indonesia selama zaman es. Waktu itu, pulau – pulau Sumatra, Kalimantan dan Malaka adalah satu dan lebih pulau di daratan Indonesia, Australia, dan Papua.

Makanya, jenis-jenis tumbuhan dan hewan yang sama yang bisa ditemukan di pulau Sumatra, Malaka, Kalimantan, dan daratan Asia bisa diamati sejauh ini. Selain paparan Sunda, paparan Suhul juga dibentuk.


Pembagian Zaman Praaksara

Berdasarkan hal tersebut, bumi dari dulu sampai sekarang dibagi menjadi empat zaman, diantaranya yaitu:

1. Zaman Arkezoikum

Zaman Arkeozoikum

Zaman arkeozoikum ini diperkirakan udah ada 545 sampai 450 juta tahun yang lalu dan menjadi zaman tertua didalam perkembangan bumi serta yang hidup di bumi.

Pada zaman Arkeozoikum keadaan bumi ini belum stabil, karena kulit bumi masih dalam proses pembentukan, udara di bumi masih sangat panas, jadi pada zaman ini belum ada tanda-tanda kehidupan.

Zaman Arkeozoikum ini berakhir, karena disebabkan adanya penurunan suhu yang memungkinkan buat munculnya suatu kehidupan.

 

2. Zaman Paleozoikum

Zaman Paleozoikum

Zaman Paleozoikum atau sering disebut dengan zaman primer ini kira – kira berlangsung sekitar 340 juta tahun yang lalu.

Zaman Paleozoikum terjadi adanya penurunan suhu yang sangat drastis di bumi pada waktu itu.

Bumi mendingin pada masa ini dan mahluk hidup di bumi di perkirakan muncul. Seperti mahluk bersel satu dan gak bertulang belakang seperti bakteri dan sejenis amfibi.

 

3. Zaman Mesozoikum

Zaman Mesozoikum

Zaman Mesozoikum atau yang disebut juga dengan zaman sekunder ini kira – kira berlangsung sekitar 140 juta tahun yang lalu.

Zaman Mesozoikum ini ditandai dengan adannya hewan – hewan reptil bertubuh besar seperti dinosaurus. Makanya, zaman Mesozoikum di sebut dengan zaman reptil.

 

4. Zaman Neozoikum

Zaman Neozoikum

Zaman Neozoikum terjadi sekitar 60 juta tahun yang lalu dan pada zaman neozoikum ini, kehidupan di bumi mulai stabil berkembang dan juga beragam.

Zaman Neozoikum ini dibagi lagi menjadi 2 zaman, yaitu:

a. Zaman Tersier

Zaman tersier ini ditandai dengan adanya hewan – hewan besar yang mulai berkurang dan udah mempunyai berbagai jenis binatang yang menyusui.

Contohnya: Seperti monyet dan juga kera.

b. Zaman Sekunder

Zaman sekunder ini ditandai dengan munculnya tanda – tanda kehidupan manusia purba waktu itu.

Kemudian, zaman Neozoikum tersebut terbagi lagi menjadi 2 zaman kembali, diantaranya sebagai berikut ini:

a. Zaman Pleistosen / Dilivium (Zaman glasial/es)

Zaman pleistosen kira – kira berlangsung sekitar 600 ribu tahun yang lalu dan kehidupan manusia mulai ada pada masa ini.

Pada zaman pleistosen tersebut, ditandai dengan mencairnya es di kutub utara karena perubahan iklim.

b. Zaman Holosen / Alluvium

Zaman holosen atau alluvium ini diperkirakan terjadi sekitar 20 ribu tahun yang lalu. 

Pada zaman holosen ini, di tandai dengan munculnya homo sapiens. Homo sapiens merupakan nenek moyang manusia modern pada saat ini.


Jenis Manusia Purba pada Zaman Praaksara

1. Meganthropus Paleojavanicus

Meganthropus Paleojavanicus

Megantrhopus paleojavanicus merupakan jenis manusia purba yang paling tertua di Jawa dan mempunyai ciri – ciri tubuh yang sangat kekar.

Pada tahun 1936 sampai 1941, ada seseorang bernama Dr. G.H.R Von Koenigswald menemukan fosil Meganthropus Paleojavanicus pertama kali di Sangiran daerah lembah Solo dekat dengan Surakarta.

Megantrhopus hidup sekitar 2 juta tahun sebelum masehi dengan cara bertahan hidup dengan makan tumbuh – tumbuhan.

Manusia purba Megantrhopus Paleojavanicus ini termasuk kedalam jenis Homo Hobilis.

Ciri – ciri dari Megantrhopus Paleojavanicus ini yaitu berbadan besar dengan rahang yang besar, tulang tebal, dan kening menonjol.

 

2. Pithecanthropus Erectus

Pithecanthropus Erectus

Pithecanthropus erectus ini merupakan jenis manusia kera yang berjalan tegak.

Eugene Dubois adalah orang yang pertama kali menemukan Pithecanthropus Erectus di Trinil dekat sungai Bengawan Solo.

Pithacanthropus erectus sendiri salah satu manusia purba yang banyak di temukan di daerah Mojokerto, Kedungtrubus, Trinil, Sambung Macan, dan Ngadong.

Manusia purba jenis Pithacanthropus erectus ini mempunyai ciri – ciri berbadan tegak dan mempunyai tinggi badan sekitar 165 sampai 180 cm.

 

3. Homo

Homo

Homo sendiri merupakan arti dari manusia.

Manusia purba jenis ini mempunyai ciri – ciri yang lebih sempurna, dibandingkan dengan manusia purba yang lainnya seperti Meganthropus paleojavanicus dan Pithecantropus erectus.

Manusia jenis Homo ini mempunyai 3 jenis di Indonesia, diantaranya yaitu:

a. Homo Soloensis

Homo Soloensis ini berasal dari Solo dan di temukan pada tahun 1931 sampai 1934 oleh Ir. Oppenorth di Ngandong dan Ter Haar.

Homo Soloensis mempunyai ciri – ciri, adalah:

  • Tinggi badan 180 cm
  • Berjalan dengan tegak
  • Tengkoraknnya lebih besar dari Pithacantropus erectus.

b. Homo Wajakenesis

Homo wajakenesis yang berarti manusia dari wajak di temukan oleh Van Reitschoten pada tahun 1889 di wajak, Tulungagung, Jawa Timur.

Ciri – ciri dari Homo wajakenesis sendiri, yaitu:

  • Mempunyai tinggi badan sekitar 130 sampai 210 cm
  • Berjalan tegak.
  • Bentuk dari tengkoraknnya lebih bulat
  • Muka gak terlalu menjorok ke depan
  • Mempunyai keahlian untuk membuat peralatan dari tulang, batu dan kayu

c. Homo Sapiens

Homo Sapiens merupakan generasi terakhir dari manusia purba. Homo Sapiens mempunyai ciri – ciri fisik yang hampir sama dengan manuia modern pada saat ini.

Homo Sapiens hidup di zaman Holosen yaitu sekitar 4000 tahun yang lalu.


Peninggalan pada Zaman Praaksara

1. Dolmen

Peninggalan pada Zaman Praaksara

Fungsi atau kegunaan dari dolmen ini adalah buat menyembah nenek moyang pada masa praaksara.

Dolmen bentuknya seperti meja yang tersusun dari batu dan banyak di temukan pada daerah Jawa Timur dan diberi nama Pandhusa.

 

2. Sarkofagus

Sarkofagus

Sarkofagus merupakan salah satu peninggalan masa praaksara yang berbentuk, salah satunya dikenal dengan nama sarkofagus.

Sarkofagus itu sebuah peti mati yang dibuat dari batu yang utuh dan dikasih bagian penutup pada bagian atasnnya.

Penemuan terbanyak benda peninggalan pada masa praaksara sarkofagus ini di daerah Bali.

 

3. Menhir

menhir

Menhir merupakan salah satu benda peninggalan praaksara yang berkaitan dengan kepercayaan yang dianut oleh manusia pada zaman dulu.

Menhir ini berbentuk tiang atau tugu yang terbuat dari batu yang berdiri diatas tanah. Menhir dipakai buat menyembah arwah nenek moyang manusia purba.

Menhir banyak sekali ditemukan pada daerah pegunungan seperti wilayah Bengkulu, Palembang, Ngada, Gunung kidul, Rembang, Sungai talang, dan daerah lainnya.

 

4. Nekara

nekara perunggu

Nekara adalah gendang perunggu berbentuk seperti dandang berpinggang, pada bagian tengahnnya dengan selaput suara berupa logam atau perunggu.

Nekara dianggap benda suci pada zamannya, karena fungsinya sebagai benda upacara, mas kawin, dan lain sebagainya.

Nekara tersebut banyak sekali dan bisa kamu temukan di Bali, Nusa Tenggara, Selayar, Maluku, dan juga Irian.

 

5. Kapak Lonjong

Kapak Lonjong

Kapak lonjong didasarkan dari bentuknnya lonjong dengan pangkal dan runcing yang melebar serta kapak lonjong dibuat dari batu kali yang berwarna kehitaman.

Kapak lonjong menurut penelitian berasal dari Asia dan menyebar ke wilayah Indonesia melalui wilayah timur. Di Indonesia pusat dari kapak lonjong ada di Papua, Minahasa dan Serawak.

 

6. Pipisan

Pipisan

Pisisan merupakan sebuah batu penggiling dengan landasannya.

Pipisan ini mirip dengan ulekan yang sama dipakai buat menghacurkan biji-bijian. Tapi, bentuk pipisan ini datar dan juga halus.

Pipisan gak cuma dipakai buat menghancurkan biji – bijian aja, tapi juga dipakai buat menghaluskan cat merah yang di buat dari tanah merah yang merupakan salah satu bentuk aktivitas upacara ritual dan kepercayaan.

 

7. Kapak Genggam

kapak genggam
kapak genggam

Kapak genggam pada zaman praaksara itu, mempunyai bentuk yang mirip dengan jenis kapak sumatera dan perimbas, tapi bentuknnya yang lebih kecil.

Kapak genggam mempunyai fungsi buat membelah kayu, peralatan memotong daging hewan, menggali umbi-umbian dan keperluan lainnya.

 

8. Kapak Pendek

kapak pendek

Kapak pendek merupakan jenis kapak genggam pendek yang bentuknya setengah lingkaran dan mempunyai sisi yang tajam jadi akan mudah buat meotong daging atau lainnya.

 

9. Kapak Sumatera

kapak sumatra

Kapak sumatera atau kapak sumatralith/pebble merupakan jenis kapak genggam yang terbuat dari batu kali yang di pecah atau di belah.

Sisi dalamn dari kapak Sumatera ini dikerjakan lebih dengan keperluannya dan sisi luarnnya yang halus cuma di biarkan aja.

Kapak Sumatera ini ditemukan di Kjokkenmoddinger yaitu sepanjang Pantai Sumatera Timur Di antara Aceh dan Medan.

 

10. Kapak Perimbas

kapak perimbas

Kapak perimbas ini dibuat dengan batu perimbas yang mempunyai tangkai. Cara memakai kapak perimbas ini dengan cara menggenggam.

Fungsi dari kapak perimbas ini buat memotong kayu, menguliti binatang, dan buat memecahkan tulang hewan buruan.

Kapak perimbas adalah salah satu dari peninggalan zaman batu tua yang banyak di temukan di daerah – daerah Indonesia kapak perimbas dan kapak genggam dipakai oleh manusia purba Pithencantropus.


Kehidupan Manusia pada Zaman Praaksara

Kehidupan Manusia pada Zaman Praaksara

Dalam menghadapi tantangan tersebut, manusia lebih baik dibandingkan dengan makhluk hidup lain.

Karena manusia mempunyai akal, mereka menghadapi tantangan tersebut dengan akalnya, sedangkan makhluk hidup yang lain dengan instingnya.

Seiring dengan berjalannya waktu, terjadilah evolusi pada manusia baik pada bentuk tubuh ataupun kecerdasan akal.

Evolusi itu misalnya isi otak semakin besar, bentuk tengkorak berubah, berjalan dengan cara tegak, dan sebagainya.

Selain itu, manusia juga mendapat julukan Homo faber yaitu makhluk yang menciptakan alat buat mempermudah mencapai tujuannya.

Alat yang mereka ciptakan juga mengalami perkembangan, yaitu pertama dari batu, lalu dari tembaga, perunggu, dan akhirnya dari besi.

Aditya Rangga

Pelajar yang insyaallah tidak pelit ilmu.

2 pemikiran pada “Zaman Praaksara”

Tinggalkan komentar

Artikel Terkait

Zaman Mesolitikum


Warning: Undefined variable $url in /www/wwwroot/cerdika.com/wp-content/themes/gpblogpro/single.php on line 74
Arli
6 Agustus 2023

Kebudayaan Pacitan


Warning: Undefined variable $url in /www/wwwroot/cerdika.com/wp-content/themes/gpblogpro/single.php on line 74
Arli
5 Agustus 2023

Kebudayaan Ngandong


Warning: Undefined variable $url in /www/wwwroot/cerdika.com/wp-content/themes/gpblogpro/single.php on line 74
Arli
4 Agustus 2023

Kapak Genggam


Warning: Undefined variable $url in /www/wwwroot/cerdika.com/wp-content/themes/gpblogpro/single.php on line 74
Arli
2 Agustus 2023

Kapak Perimbas


Warning: Undefined variable $url in /www/wwwroot/cerdika.com/wp-content/themes/gpblogpro/single.php on line 74
Arli
2 Agustus 2023