Kapak Perimbas

Arli 2 Agustus 2023

Jadi gini ya.. Kalian pasti udah pernah denger yang namanya zaman paleolitikum kan. Zaman batu tua yang dimana alat alat buat bantu mereka beraktivitas seperti berburu, nangkep ikan, ngumpulin makanan (buah buahan, umbi umbian, dll) masih dari batu.

Di zaman itu alat alat yang mereka pakai itu kapak genggam, kapak perimbas, alat alat dari tulang hewan atau engga tanduk rusa, sama flakes. Semua alat alat itu punya kegunaannya masing masing.

Tapi seperti biasa kita cuma bahas salah satu dari alat alat yang tadi disebutin, yang bakal kita bahas kali ini adalah kapak permbas.

Umumnya, kapak perimbas itu berarti kapak yang tidak punya tangkai jadi cara memakainya itu digenggam langsung sama tangan. Kapak perimbas bisa kita sebut juga chopper atau kapak penetak.

Gambar Kapak Perimbas
Gambar Kapak Perimbas via : images.google.com

Kapak perimbas jelas beda sama kapak genggam, ya walaupun secara istilah hampir sama. Dalam pembuatannya kapak ini masih kasar pas ngebuatnya.

Walaupun bentuk dan cara memakainya masih sederhana banget tapi kapak ini udah berhasil bantu manusia disegala keadaan selama berates ratus tahun loh.

Catatan : Artikel ini merupakan salah satu bagian dari pembahasan zaman paleolitikum, kalau kamu pengen tahu peninggalan yang lainnya bisa baca artikel zaman paleolitikum lengkap.

Persebaran Kapak perimbas

Di dalam budaya kapak perimbas dikenal oleh istilah Oldowan, itu adalah istilah para arkeolog buat menyebut kelompok alat-alat batu yang digunain selama periode 2.6 Juta tahun yang lalu hingga 1.7 juta tahun yang lalu.

Yang disebut oleh kelompok budaya oldowan ini paling banyak di temuin di afrika, asia, timur tengah, dan eropa. Wilayah Afrika itu  gudangnya data bagi budaya kapak perimbas.

Banyak negara-negara di Afrika sebagai tempat ditemukannya kapak perimbas seperti Wilayah mesir, Ethiopia, Kenya, Tanzania, dan di Afrika Selatan. Eropa juga udah jadi rumah buat kapak perimbas.

Di eropa Alat batu ini ditemukan di Swedia, Portugal, Georgia, Bulgaria, Rusia, Spanyol, Itali, Perancis, Jerman, Hungaria, Ceko, dan Inggris.

Untuk di Kawasan Asia dan Timur Tengah, negara tempat ditemukannya kapak perimbas itu di Cina, Pakistan, Israel, Iran, Thailand, Indoneisa, Myanmar, dan Malaysia.

Walaupun kapak ini banyak ditemukan hampir di semua bagian di dunia ini, tapi tidak berarti kalo alat batu ini punya bentuk dan fungsi yang sama.

Perpedaan antara bentuk dengan bahan itu bisa nunjukin variasi antar budaya. Kapak perimbas yang ditemukan itu berhadapan dengan kondisi dan kekayaan alam yang beda beda.

“Paleolitik; berhubungan dengan penamaan tingkat tradisi kebudayaan atas dasar teknik pembuatan alat batu dari masa berburu dan mengumpulkan makanan.”

Movius berpendapat kalo di kawasan Asia Tenggara dan wilayah Asia Timur punya perkembangan kebudayaan Paleolitik yang berbeda dengan corak dari kebudayaan yang berkembang di bagian barat seperti di wilayah Eropa, di Afrika, di Asia Barat, dan sebagian wilayah India. Itu diliat liat dari segi bentuk dan teknik pembuatan alat-alat batunya.

Begitu juga oleh jenis batuan yang dipakai buat ngebuat kapak perimbas di berbagai tempat beda beda.

Contohnya, memakai fosil kayu banyak digunain di Myanmar, batuan kuarsa di Punjab, Cina, sama Malaysia.

Sedangkan batuan kapur kersikan dan tufa kersikan sering ditemukan buat bahan dasar pembuatan kapak perimbas di Indonesia.

Budaya Kapak perimbas Di Indonesia

Penelitian awal yang berkenaan langsung sama tradisi paleolitik di Nusantara dimulai pada tahun 1935, jadi kapak perimbas ditemukan oleh koenigsswald pas Koenigsswald nemuin alat-alat batu prasejarah di wilayah Punung (Pacitan), di daerah Kali Baksoko.

Alat-alat batu itu masih kasar dan teknik pembuatannya tergolong sederhana.

Koenigswald juga beranggapan kalo kebudayaan batu di zaman Paleolitikum yang tersebar di wilayah Pacitan hampir sama, sama kebudayaan batu tua yang berkembang di wilayah Eropa di awal zaman Paleolitikum.

Temuan kapak perimbas di Pacitan ini ngebuat perhatian dan juga penelitian terhadap artefak batu terutama kapak dari zaman Paleolitik di wilayah Indonesia mulai bermunculan.

Tempat temuan-temuan kapak perimbas di Indonesia seperti di wilayah:

  • Lahat (Sumatra Selatan)
  • Kalianda (Lampung)
  • Awangbangkal (Kalimantan Selatan)
  • Cabbege (Sulawesi Selatan)
  • wilayah Sembiran dan Trunyan (Bali)
  • Batutring (Sumbawa)
  • Maumere
  • Ruteng (Flores)
  • wilayah Atambua, Kefanmanu, Noelbaki (NTT)

Dari semua tempat temuan kapak perimbas di nusantara, Punung (Pacitan) merupakan daerah paling banyak dan terpenting sebagai tempat ditemukannya kapak perimbas di Indonesia.

Kapak ini berasal dari budaya Pacitan ini bahkan sama Heekeren dibagi jadi jenis berdasarkan ciri-ciri pokok yang sudah digolongkan Movious. Diantaranya yaitu:

  • Iron-heater Chopper (tipe setrika), Tipe ini bentuknya hampir sama seperti setrika, dengan tampilan yang cembung, dan nunjukin penyerpihan yang tegas.
  • Tortoise (tipe kura-kura), Tipe ini punya tampilan yang bulat dengan permukaan bagian atas yang cembung dan meninggi.
  • Side scraper (tipe serut samping), Tipe ini bentuknya tidak teratur, tajamnya dibuat di sebelah sisi.

Pembuatan Kapak perimbas

Kapak perimbas ini dibuat dengan cara meruncingkan batu di satu sisi permukaannya buat ngehasilin bagian yang tajam. Kulit batu masih nempel di hampir semua bagian permukaan yang engga ditajamin.

Bagian lain yang tidak ditajemin itu buat area pegangan yang lumayan nyaman. Kapak ini bener bener dibuat biar cocok buat di telapak tangan yang memakai.

Buat ngebuat kapak perimbas ini, kita harus memakai dua batu buat ngebuat sisi batu yang tepiannya tajam, yang memungkinkan buat motong sama ngebelah batu inti.

Kapak perimbas yang ditemukan banyak yang dibuat dari batuan kuarsa, kuarsit, basal, atau obsidian sama batu rijang dan batu lainnya yang gampang ditemukan di sekitar mereka.

Fungsi kapak perimbas

Fungsi utama kapak perimbas yaitu buat numbuk sama buat motong.

Kegunaan kapak perimbas di zaman itu sangat berguna buat manusia. Di zaman itu kapak itu dipakai sebagai alat yang dipakai buat numbuk tanaman atau biji-bijian, motong daging hasil dari buruan, sebagai pisau, penyayat dan juga mungkin sebagai salah satu alat buat numbuk serat-serat dari pepohonan yang bisa digunakan sebagai pakaian.

Fungsi kapank perimbas yang masih diperdebatkan adalah kapak perimbas sebagai alat buat berburu hewan atau sebagai senjata untuk menyerang lawan.

Manusia di zaman dulu khususnya di zaman berburu engga punya banyak alat alat batu yang beda buat melakukan berbagai aktivitasnya.

Alat-alat yang spesifik dibuat buat berburu binatang mungkin semacam panah dan tombak. Tapi memang kapak ini dipakai buat macam macam tujuan. Namun kapa perimbas tidak dipakai buat berburu.

Alat batu ini tidak cukup kuat buat bener bener melukai binatang seperti kudanil, kecuali kalo dilakuin sama 20 sampe 30an orang.

  1. Binfors lalu mengusulkan sebuah teori yang cukup mencengangkan bagaimana manusia berburu. Menurutnya, di zaman paleolitikum hewan-hewan itu dibunuh sama hewan karnivora dan manusia di zaman itu cuma sebagai pemulung. Teori ini udah diuji sama P. Shipman dan R. Potts, dengan temuan tulang yang punya tanda gigi di sisa tulang makanan, bukti ini emang cukup buat nunjukin ke gagasan Binfors, manusia zaman dulu selain berburu mereka juga merupakan pemulung.
  2. Keadaan Manusia Pendukung adanya Kapak perimbas

Fungsi kapak perimbas dalam kehidupan nomaden

Peradaban manusia di zaman prasejarah bisa diliat dari tingkat sosial-ekonominya secara umum bisa dibagi jadi beberapa zaman, zaman berburu dan mengumpulin makanan, bercocok tanam, dan zaman perundagian. Tiap masa punya ciri khas sama karakternya masing masing.

Di zaman berburu dan mengumpulkan makanan misalnya, manusia pendukung budayanya udah kenal sama alat-alat yang bisa bantu mereka buat memenuhi kebutuhan mereka dalam usaha perburuan dan mengumpulin makanan dari alam salah satunya tentu saja adalah kapak perimbas.

Kehidupan manusia di zaman berburu itu hidupnya nomaden atau bisa dibilang pindah pindah karna belum punya tempat tinggal yang tetap dan bergantung sama alam sekitarnya.

Berdasarkan dari penemuan beberapa fosil manusia prasejarah khususnya di Indonesia, pendukung budaya kapak ini adalah Meganthropus paleojavanicus, Pithecanthropus erectus, Homo soloensis, Wajakensis, Homo erectus hingga Homo sapiens.

Apa yang ada di alam sekitar mereka, mereka manfaatin dengan baik buat bertahan hidup, termasuk di dalamnya membuat berbagai peralatan dari batu.

Dengan ditemukannya alat alat dari bahan dasar batu sebagai peninggalan zaman prasejarah jadi  bukti, fakta kalo kehidupan beberapa ribu bahkan ratusan ribu tahun yang lalu  bener bener ada.

Bisa kita simpulin kan kalo mereka itu hidup sederhana,  namun mereka bisa ngelakuin apa aja seperti najemin kayu, motong kayu, numbuk bahan makanan, misahin daging sama tulang, dan batu batu itu juga bisa dipakai buat alat alat lain yang bisa ngebantu mereka buat bertahan hidup.

Dari berbagai alat yang mereka pakai, kegunaan kapak perimbas bisa dibilang punya pengaruh paling besar buat kelangsungan hidup mereka di zamannya.

Soalnya coba kalian bayangin ya, sebuah batu bisa dipakai buat apa aja.

Tapi jelas gabisa dibandingin sama zaman sekarang yang apa apanya serba canggih. Malah sekarang batu ya Cuma batu tidak ada apa apanya.

Buat kalian yang penasaran gimana sih bentuk dari kapak perimbas atau alat lainnya kalian bisa langsung liat di museum nasional bisa juga diliat lewat internet kalau yang gamau ribet.

Arli Fauzi

Mahasiswa yang aktif dengan kepanitian dan pandai dalam public speaking

3 pemikiran pada “Kapak Perimbas”

Tinggalkan komentar

Artikel Terkait

Zaman Mesolitikum


Warning: Undefined variable $url in /www/wwwroot/cerdika.com/wp-content/themes/gpblogpro/single.php on line 74
Arli
6 Agustus 2023

Kebudayaan Pacitan


Warning: Undefined variable $url in /www/wwwroot/cerdika.com/wp-content/themes/gpblogpro/single.php on line 74
Arli
5 Agustus 2023

Kebudayaan Ngandong


Warning: Undefined variable $url in /www/wwwroot/cerdika.com/wp-content/themes/gpblogpro/single.php on line 74
Arli
4 Agustus 2023

Kapak Genggam


Warning: Undefined variable $url in /www/wwwroot/cerdika.com/wp-content/themes/gpblogpro/single.php on line 74
Arli
2 Agustus 2023

Zaman Paleolitikum


Warning: Undefined variable $url in /www/wwwroot/cerdika.com/wp-content/themes/gpblogpro/single.php on line 74
Arli
1 Agustus 2023