Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) ini didirikan oleh Kapten DST KNIL Raymond Westerling, pada 15 Januari 1949.
Kelompok ini diberi nama Ratu Adil sesuai dengan ramalan Jawa Kuno Jayabaya mengenai kedatangan Ratu Adil yang berasal dari Turki.
Kebetulan, Westerling tokoh Belanda yang lahir di kekhalifahan Ustmaniyah (Turki, sekarang), jadi dinamakan Ratu Adil buat menarik simpati pejuang Indonesia.
APRA merupakan angkatan perang Belanda, tapi banyak sekali merekrut tentara dari Indonesia.
Mereka merekrut sekitar 18 faksi tentara yang dianggap anti Republik Indonesia, seperti gerilyawan yang masih bertebaran di banyak wilayah seperti Ambon,Melayu, Minahasa, mantan tentara DI / TII, mantan KNIL, dan lainnya.
Mereka merupakan beberapa tentara yang dimanfaatkan oleh Belanda sebagai jalan menyerang tentara RI dan masuk kembali ke Indonesia tanpa disadari.
Nah, buat mengenal lebih jauh tentang APRA, sebaiknya kamu mengenal beberapa tokoh dibalik APRA yang ada dibawah ini!
1. Westerling
Raymond Pierre Paul Westerling ini lahir di Istanbul, Kesultanan Ustmaniyah, pada 3 Agustus 1919.
Di Indonesia, nama terkenalnya yaitu Westerling setelah peristiwa pembunuhan besar-besaran oleh pasukan yang dipimpinnya di Sulawesi Selatan.
Peristiwa itu disebut dengan Pembantaian Westerling.
Saat ini, di Kota Makassar bahkan dibangun monumen buat memperingati kekejaman Westerling, dan sebagai penghormatan terhadap pahlawan yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan.
Westerling sendiri meyakini dirinya sebagai Ratu Adil yang diramalkan Jayabaya berasal dari Turki, sampai tentara yang dibentuknya diberi nama Angkatan Perang Ratu Adil (APRA).
Dia memerintahkan percobaan kudeta yang gagal pemberontakan APRA di Bandung.
Yang mencoba membunuh Sri Sultan Hamengkubowono IX / Menteri Pertahanan Keamanan, Sekjen Pertahanan Keamanan Ali Budiardjo, dan Pejabat Kepala Staf Angkatan Perang Kolonel TB Simatupang.
Tapi kudeta APRA gagal dilaksanakan, karena TNI menyerang dengan pasukan dari berbagai penjuru di Bandung.
Dengan Westerling yang terdesak, bersembunyi dan berhasil dilarikan ke Singapura oleh rekan militer Belanda di Indonesia, 22 Febuari 1950 dengan Pesawat Catalina.
Westerling di dukung oleh rakyat Belanda yang menganggapnya pahlawan, meskipun di Indonesia dia membunuh ribuan orang.
Permintaan ekstradisi Indonesia terhadap Pengadilan Belanda gagal dengan putusan hakim Mahkamah Agung Belanda, 31 Oktober 1952.
Gak ada yang bisa dilakukan terhadap kejahatan Westerling di Indonesia, sampai akhirnya Westerling meninggal di Purmerend, Belanda 26 November 1987.
2. Anwar Tjokroaminoto
Anwar Tjokroaminoto merupakan Perdana Menteri ke-3 Negara Pasundan (Jawa Barat) yang mulai menjabat pada Juli 1949 dan sejak dibentuknya Indonesia jadi negara serikat.
Negara Pasundan yang didirikan Belanda ini, emang sejak awal belum memberikan keputusan akan bergabung dengan Indonesia dan melebur jadi NKR atau gak.
Padahal kalo dilihat dari segi wilayah, Pasundan itu bagian dari Divisi Siliwangi dan jajahan Belanda. Sesuai kesepakatan, semua wilayah bekas jajahan Belanda seharusnya masuk dalam NKRI.
Setelah diketahui terlibat dalam pemberontakan APRA dan jadi bagian dari KNIL yang saat perang kemerdekaan disebut tentara kompeni, Perdana Menteri Tjokroaminoto ditangkap.
Negara Pasundan pun selanjutnya resmi bergabung ke Indonesia saat kembali menjadi negara kesatuan.
3. Komisaris Besar Jusuf
Komisaris Besar Jusuf merupakan seseorang yang sebelumnya ada di barisan tentara Indonesia, tapi kemundian dia berhianat karena gak setuju dengan beberapa kebijakan pemerintah Indonesia.
Gak banyak riwayat yang menceritakan tentang kehidupan sebelum dan sesudah pemberontankan APRA mengenai Komisaris Besar Jusuf ini.
Tapi, dalam berbagai referensi disebutkan berdasarkan penelitian intelejen, Komisaris Besar Jusuf jadi salah satu tokoh yang terlibat dalam penyerangan APRA ke Bandung.
Sama dengan Perdana Menteri Pasundan, Komisaris Besar Jusuf juga akhirnya ditangkap beberapa bulan sesudah peristiwa APRA.
4. R.A.A Male Wiranatakusumah
Male Wiranatakusumah ini merupakan salah satu wakil pemerintahan RIS di Negara bagian Pasundan. Gak banyak orang dan referensi yang menyebutkan keterlibatan Male Wiranatakusumah ini dalam Pemberontakan APRA.
Tapi, ada beberapa orang mengaitkan dengan Perdana Menteri Pasundan yang jelas keterlibatannya dalam pemberontakan APRA.
Saat pemberontakan dimulai pada Januari 1950, saat itu juga Male Wiranatakusumah mengundurkan diri.
Lalu pada tanggal 8 Febuari 1950, Perdana Menteri Pasundan mengangkat Sewaka sebagai pengganti dengan jabatan baru, Komisaris RIS di Pasundan.
5. Sultan Hamid II
Syarif Abdul Hamid Al Kadrie merupakan salah satu putera sulung dari Sultan Pontianak ke-6.
Tapi, syarif kecil yang kemudian bergelar Sultan Hamid II setelah diangkat menggantikan ayahnya, pada tanggal 29 Oktpber 1945.
Lalu, dibesarkan oleh ibu angkat Salome Catherine Fox dan pasangannya Edith Maud Anteis. Dengan begitu, Sultan Hamid II bergaya bisa berbahasa Inggris dengan lancar dan bergaya hidup ala Barat.
Di tahun 1937 masih masa penjajahan Belanda, Sultan Hamid II lulus dari KMA Belanda berpangkat Letnan pada Tentara Hindia Belanda.
Lalu, Sultan memasuki tentara KNIL Belanda dan berpangkat Letnan Dua. Sebagai orang Indonesia pertama yang punya pangkat tinggi dalam militer, karirnya maju pesat.
Pria keturunan Arab Indonesia ini jadi salah satu menteri yang menjabat dalam Pemerintahan Soekarno, Presiden pertama RI. Bahkan, Sultan berjasa dalam merancang lambang negara Indonesia.
Dalam sejarah arti dan peranan lambang garuda pancasila dalam terbentuknya, rancangannya yang udah disempurnakan. Burung Garuda, masih jadi lambang negara Indonesia.
Tapi, kemudian pada peristiwa APRA itu mencoreng perjalanan hidup seorang yang seharusnya dikenang sebagai pahlawan Indonesia.
Sultan Hamid terbukti bersalah dan jadi dalang dalam peristiwa kudeta APRA yang gagal di Bandung, penyerangan Divisi Siliwangi.
Kudeta yang tujuannya menjatuhkan pemerintahan Indonesia dan membunuh banyak tentara dan sipil membuatnya ditangkap dan dimasukkan dalam penjara.
Sultan Hamid ditangkap beberapa bulan setelah kudeta gagal, pada 4 April 1950. Tragedi Sultan Hamid dan penangkapannya membuka mata dunia, khususnya Belanda.
Dampak Pemberontakan APRA ini sangat memberikan pernyataan, kalo sesungguhnya negara RIS gak sesuai dengan Indonesia.
Indonesia lebih cocok sebagai negara kesatuan dan sampai pada 17 Agustus 1950, resmi Indonesia berubah jadi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Selain 5 tokoh APRA yang ada diatas tadi, sebenarnya ada banyak sekali anggota KNIL yang ikut terlibat dalam pemberontakan.
Mereka adalah orang yang gak diterima dalam APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat). Lalu, Westerling merekrut mereka buat mengadakan pemberontakan.
Ada juga tokoh lain, seperti Surjakarta Legawa dan Komisaris Besar Djanakum yang terlibat dengan pemberontakan APRA, tapi perannya secara jelas gak pernah diceritakan.
Itulah tokoh pemberontakan APRA, dan sebuah pemberontakan yang dipicu oleh ketidakpuasan mantan tentara KNIL dan dimanfaatkan oleh Westerling yang saat itu udah gak punya jabatan di ketentaraan Belanda.
Semoga pembahasan tentang tokoh APRA ini bisa membantu dan bermanfaat buat kalian semua yang membaca dan mempelajarinya 😀