Homo Sapiens

ranggaku 9 Maret 2023

Homo sapiens berasal dari dua kata, yaitu “homo” yang berarti manusia dan “sapiens” yang berarti cerdas.

Jenis manusia purba ini disebut manusia cerdas, karena bisa membuat peralatan dari batu dan tulang yang dipakai buat aktivitas berburu dan meramu.

Walau manusia purba homo sapiens udah mendekati manusia modern saat ini, kehidupan manusia purba homo sapiens ini masih sederhana, lho!

Sedangkan kalo menurut para ahli, manusia purba jenis Homo Sapiens ini diperkirakan hidup pada zaman Pleistosen akhir.


Sejarah Homo Sapiens

Sejarah Homo Sapiens

Sejarah Homo sapiens di Indonesia udah cukup banyak diketahui.

Manusia purba homo sapiens hidup pada zaman batu muda (100.000 – 50.000 tahun yang lalu), dengan mengandalkan berburu dan memakan makanan yang telah dimasak.

Homo sapiens juga termasuk manusia tercerdas dari jenis lainnya, mereka mampu membuat peralatan sedehana dari tulang dan batu yang dipakai buat berburu dan peratan pengolah makanan.

Walaupun mereka hidup mengembara, tapi mereka pandai atau cerdas dalam beradaptasi dengan lingkungan yang dijumpai.

Homo sapiens ini mempunyai kemampuan lebih maju, dibandingkan dengan manusia purba jenis Meganthropus dan Pithecanthropus.

Homo sapiens terus mengalami peningkatan kemampuan mereka dalam memakai peralatan. Mereka mulai mengasah batu jadi semakin halus dan udah mengenal teknik membuat gerabah memakai meja bundar.


Klasifikasi Ilmiah Homo Sapiens

Manusia purba jenis homo sapiens ini mempunyai klasifikasi ilmiah, diantaranya sebagai berikut ini:

  • Kingdom     : Animalia
  • Filum           : Chordata
  • Kelas           : Mammalia
  • Ordo           : Primata
  • Sub Ordo   : Haplorhini
  • Famili         : Hominidae
  • Sub Famili  : Homininae
  • Bangsa       : Hominini
  • Genus        : Homo
  • Spesies      : Homo Sapiens

Ciri – Ciri Homo Sapiens

Ciri - Ciri Homo Sapiens

Meskipun mempunyai kemampuan lebih maju, Homo sapiens mempunyai ciri – ciri fisik yang beda, dibandingkan dengan jenis manusia purba sebelumnya.

Bentuk fisiknya diduga mendekati bentuk fisik manusia modern. Seperti apa? Nih ciri-cirinya:

  1. Mampu berdiri dan berjalan dengan tegak
  2. Mempunyai volume otak 1.650 cc
  3. Mempunyai bentuk muka datar dan lebar
  4. Mempunyai akar hidung yang lebar
  5. Mempunyai busur kening yang menonjol dan terlihat nyata
  6. Bagian mulut sedikit menonjol
  7. Mempunyai ciri-ciri mirip ras mongoloid dan ras austramelanosoid
  8. Mempunyai tinggi tubuh 1,30 m sampai 2,10 m
  9. Mempunyai otak lebih berkembang daripada Meganthropus dan Pithecanthropus
  10. Mempunyai otot kunyah, gigi, dan rahang udah menyusut
  11. Mempunyai dagu
  12. Penyusutan pada otot dibagian tengkuk.

Jenis Manusia Purba Homo Sapiens di Indonesia

Homo sapiens bisa dibedakan berdasarkan daerah penemuan fosil – fosil di Indonesia. Makanya, jenis manusia purba homo sapiens ini dibedakan menjadi 3, yaitu:

1. Homo Soloensis

Homo Soloensis

G.H.R Von Koenigswald, Oppenoorth, dan Ter Haar menemukan fosil manusia purba di Lembah Sungai Bengawan Solo, Desa Ngandong, Blora dan Sragen, Jawa Timur pada tahun 1931-1934.

Fosil – fosil tersebut berupa gigi, tengkorak, dan juga tulang rahang dari manusia purba homo soloensis ini.

Homo soloensis ditemukan pada lapisan Pleistosen bagian atas. Manusia purba homo soloensis ini diperkirakan hidup sekitar 900.000 sampai 300.000 tahun lalu.

Manusia purba ini punya tingkatan yang lebih tinggi, kalo dibandingkan dengan Pithecanthropus erectus.

Berdasarkan perkiraan, Homo soloensis adalah evolusi dari Pithecanthropus mojokertensis. Tapi, ada juga yang mengatakan kalo manusia purba ini termasuk Homo Neanderthalensis.

Manusia purba ini merupakan termasuk ke dalam Homo Sapiens dari Asia, Eropa, dan Afrika.

Hasil budaya yang ditemukan yaitu seperti kapak genggam/kapak perimbas, alat serpih, dan peralatan yang terbuat dari tulang.

2. Homo Floresiensis

Homo Floresiensis

Manusia purba ini mempunyai tubuh dan volume otak yang kecil dan homo floresiensis ini dijuluki sebagai Hobbit.

Kemudian, pada tahun 2001 tulang belulang dari manusia purba Homo Floresiensis ini ditemukan di Liang Bua, Pulau Flores.

Penemuan kesembilan sisa – sisa tulang itu (diberi kode LB1 sampai LB9) menunjukkan postur paling tinggi sepanjang manusia modern (sekitar 100 cm).

3. Homo Wajakensis

Homo Wajakensis

Pada tahun 1889, Dr. Eugene Dubois menemukan fosil dari homo wajakensis di Wajak, Jawa Timur.

Diperkirakan, fosil manusia purba tersebut udah ada sejak 15.000 – 40.000 tahun SM. Struktur tengkoraknya beda dengan struktur tengkorak bangsa Indonesia.

Manusia purba homo wajakensis ini mempunyai persamaan dengan pribumi purba orang – orang Australia.

Dr. Eugene Dubois menduga, kalo Homo wajakensis merupakan salah satu dari ras Australoide. Homo wajakensis punya silsilah langsung dengan bangsa asli Australia.

Manusia purba ini mulai menyebar ke timur dan barat Benua Asutralia. Rahang atas dan rahang bawah yang ditemukan sangatlah sama dengan manusia purba dari ras Australoid.

Menurut pendapat seorang ahli, Homo wajakensis sebenarnya mirip dengan Homo Soloensis.

Kedua jenis manusia purba tersebut sama-sama berasal dari pleistosen tinggi dan udah dikelompokkan. Sifat-sifat fisik inilah yang mendekati manusia zaman sekarang.


Kehidupan Sosial Homo Sapiens

Kehidupan Sosial Homo Sapiens

Gimana sih? Kehidupan sosial manusia purba jenis homo sapiens ini? Berikut, beberapa ciri kehidupan sosial dari Homo Sapiens yaitu:

  • Bertahan hidup dengan cara berburu dan bercocok tanam
  • Hidup mulai menetap dan gak berpindah – pindah tempat
  • Berburu memakai peralatan dari batu dan kayu yang udah diruncingkan
  • Mampu membuat peralatan sederhana, dari tuang dan batu buat berburu ataupun buat pengolahan makanan
  • Udah mulai memakai pelindung tubuh atau baju yang terbuat dari kulit hewan buruan.

Hasil Peninggalan Budaya dari Homo Sapiens

Hasil Peninggalan Budaya dari Homo Sapiens

1. Kapak Corong

Kapak corong merupakan kapak perunggu yang bagian atasnya berlubang, berbentuk corong yang dipakai buat memasukkan tangkai kayu.

2. Alat Serpih

Alat serpih fungsinya sebagai pisau, mata panah, dan alat pemotong. Alat ini berukuran kecil antara 10 sampai 20 cm dan banyak ditemukan di gua – gua.

Alat ini ditemukan oleh Von Keonigswald tahun 1934 di Sangiran, Gua Lawa (Sampung, Ponorogo), Cabbenge (Sulawesi Selatan), Timor, dan Roti.

3. Kapak Genggam

Kapak genggam ini mempunyai bentuk mirip kapak perimbas, tapi ukurannya jauh lebih kecil daripada kapak perimbas.

Alat ini dipakai dengan cara digenggam pada ujungnya yang lebih kecil. Hampir di seluruh wilayah Nusantara mempunyai alat kapak genggam tersebut.

4. Kapak Persegi

Ada seorang peneliti yang bernama Von Heine Galdern melakukan penelitian terhadap kapak persegi.

Dia memperhatikan penampang alangnya yang terkadang berbentuk persegi panjang atau trapezium, jadi memberi nama kapak persegi.

Kapak persegi terbuat dari batu-batu indah yang dibuat sangat indah dan halus.

Hal ini menyebabkan, kalo benda itu kemungkinan gak buat bekerja, tapi cuma sebagai lambang kebesaran, jimat, alat upacara, atau sebagai alat tukar (barter).

5. Alat Tulang/Tanduk Runcing

Alat tulang atau tanduk runcing ini terbuat dari tulang binatang buat pisau, belati, dan mata tombak yang banyak ditemukan di Ngandong (Ngawi, Jawa Timur).

6. Nekara

Nekara merupakan gendering besar yang dibuat dari bahan perunggu, berpinggang di bagian tengahnya, dan tertutup di bagian atasnya.

Nekara biasanya dipakai sebagai peralatan upacara. Hal ini bisa dilihat dari hiasan yang berada pada dinding nekara.

Nekara ini banyak ditemukan di wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Pulau Sangean, Sumbawa, Roti, Leti, Selayar, dan Kepulauan Kei.

Nekara yang besar ditemukan di Bali dan yang berukuran kecil serta ramping ditemukan di Pulau Alor.

Selain hasil-hasil budaya tersebut, ada juga hasil budaya lainnya dari jenis manusia purba Homo sapiens.

Hasil budaya tersebut diantaranya yaitu kapak pendek (Bache Courte), flakes, bejana perunggu, kapak genggam Sumatra (Pabble), kapak batu, dan perhiasan serta manik-manik dari perunggu.

Aditya Rangga

Pelajar yang insyaallah tidak pelit ilmu.

Tinggalkan komentar

Artikel Terkait

Zaman Mesolitikum


Warning: Undefined variable $url in /www/wwwroot/cerdika.com/wp-content/themes/gpblogpro/single.php on line 74
Arli
6 Agustus 2023

Kebudayaan Pacitan


Warning: Undefined variable $url in /www/wwwroot/cerdika.com/wp-content/themes/gpblogpro/single.php on line 74
Arli
5 Agustus 2023

Kebudayaan Ngandong


Warning: Undefined variable $url in /www/wwwroot/cerdika.com/wp-content/themes/gpblogpro/single.php on line 74
Arli
4 Agustus 2023

Kapak Genggam


Warning: Undefined variable $url in /www/wwwroot/cerdika.com/wp-content/themes/gpblogpro/single.php on line 74
Arli
2 Agustus 2023

Kapak Perimbas


Warning: Undefined variable $url in /www/wwwroot/cerdika.com/wp-content/themes/gpblogpro/single.php on line 74
Arli
2 Agustus 2023