Yuk, kita simak bersama pembahasan lengkap tentang Zaman Neolitikum yang ada dibawah ini. Supaya bisa menambah wawasan kalian semua.
Pengertian Zaman Neolitikum
Zaman neolitikum atau zaman batu muda yaitu tingkat atau fase kebudayaan yang ada dalam zaman prasejarah ini mempunyai ciri – ciri berupa unsur kebudayaan.
Unsur kebudayaan itu seperti peralatan yang terbuat dari batu yang diasah, peternakan, pertanian menetap, dan pembuatan tembikar.
Pada zaman neolitikum ini udah hidup jenis Homo sapiens sebagai pendukung kebudayaan zaman batu baru tersebut.
Mereka mulai mengenal bercocok tanam dan beternak, sebagai proses buat menghasilkan atau memproduksi bahan makanan.
Hidup bermasyarakat dengan bergotong – royong mulai dikembangkan pada masa atau zaman neolitikum ini.
Sejarah Zaman Neolitikum
Kira-kira 1500 tahun yang lalu, manusia udah mulai memasuki zaman dimana mengalami berbagai bentuk perubahan dari masa yang sebelumnya.
Karena, mereka udah mempunyai tempat tinggal yang sifatnya menetap dan melakukan kegiatan bercocok tanam.
Waktu itu, jenis tanaman yang dipakai buat bercocok tanam diantaranya seperti keladi, labu air, ubi rambat, padi gaga, sukun, pisang, dan kelapa.
Di dalam masa ini, cara bertahan hidup yang dipakai oleh masyarakat sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat, yang awalnya menerapkan sistem Food Gathering berubah jadi Food Producting yang terdiri dari bercocok tanam dan memelihara hewan ternak.
Dimasa inilah, manusia udah mempunyai tempat tinggal berupa rumah panggung yang sifatnya permanen buat melindungi diri mereka dari perubahan cuaca dan serangan dari binatang buas.
Selain itu, mereka juga udah menciptakan lumbung – lumbung yang dipakai sebagai tempat buat menyimpan hasil panen yang berupa, padi yang akan di giling jadi beras.
Mereka udah mampu bekerja sama dalam menebang hutan, membakar semak, menabur atau menanam benih, memetik hasil ladang, mendirikan rumah, dan menyelenggarakan upacara.
Buat mengatur kehidupan bersama, mereka juga memulai memilih peran buat dijadikan pemimpin (primus interpares atau yang utama dari sesamanya), yaitu Ketua Suku/Ratu/Datuk.
Ciri – Ciri Zaman Neolitikum
Ada beberapa ciri-ciri yang menggambarkan perkembangan di masa Neolitik yang bisa membedakannya dengan zaman yang sebelumnya, diantarannya yaitu:
- Sudah mempunyai hunian yang sifatnya permanen.
- Sistem Food Gathering berubah menjadi Food Producing.
- Melakukan kegiatan bercocok tanam dan juga memelihara hewan ternak.
- Sudah memakai pakaian yang dibuat dari kulit kayu dan juga hewan.
- Sudah adanya kepercayaan Animisme dan Dinamisme.
- Berbagai macam peralatan yang dipakai udah mulai di haluskan dengan cara diasah, seperti kapak persegi dan lonjong.
- Adanya perhiasan yang dihasilkan dari sampah kulit kerang, terrakota, dan juga batu.
- Masih dilaksanakannya kegiatan berburu hewan liar.
Kebudayaan pada Zaman Neolitikum
1. Anyaman
Bahan yang dipakai untuk membuat anyaman adalah bambu, rumput, dan rotan. Teknik yang dipakai yaitu berupa teknik anyak dengan pola geometrik.
Kerajinan ini umumnya dipakai sebagai wadah atau peralatan rumah tangga seperti kursi, meja, bahkan sampai wadah nasi yang masih dipakai sampai saat ini.
2. Pakaian
Berdasarkan temuan yang ditemukan di Ampah, Kalimantan Selatan, di Kalumpang, Minanga, Sippaka (Poso, Sulawesi Tengah) yaitu berupa alat pemukul kulit kayu, di yakini alat tersebut dipakai untuk membuat pakaian.
Pakaian tersebut dibuat dari tenunan serat dari kulit kayu. Bahan yang dipakai untuk membuat pakaian pada masa itu yaitu serat abaka (sejenis pisang) dan rumput doyo.
3. Gerabah
Bahan dasar yang dipakai berupa tanah liat yang dicampur dengan pasir dan teknik yang dipakai yaitu teknik tangan dikombinasi teknik tatap jadi hasil gerabah masih kasar dan juga tebal.
Contoh gerabah yang dihasilkan diantaranya seperti periuk, cawan, piring, dan pedupaan.
Gerabah ini sering sekali dipakai sebagai tempat makanan, minuman, dan buat keperluan upacara adat.
Gerabah pada Zaman Neolitikum banyak ditemukan di daerah Kendenglembu, Banyuwangi (Jawa Timur), Kalumpang dan Minanga, Sippaka (Sulawesi Tengah), Danau Poso (Sulawesi Tengah), dan Minahasa (Sulawesi Utara).
4. Kapak Persegi
Kapak persegi ini dibuat dari batu persegi. Kapak tersebut dipakai buat mengerjakan kayu, menggarap tanah, dan melaksanakan upacara.
Di Indonesia, kapak persegi disebut juga dengan beliung persegi yang banyak sekali ditemukan di daerah Jawa, Kalimantan Selatan, Sulawesi, dan Nusa tenggara.
5. Kapak Lonjong
Kenapa, kok bisa disebut dengan kapak lonjong? Karena penampangnya berbentuk lonjong dan ukurannya itu ada yang besar serta ada yang kecil.
Alat ini dipakai sebagai cangkul buat menggarap tanah dan memotong kayu atau pohon. Jenis kapak lonjong ini ditemukan di Maluku, Papua, dan Sulawesi Utara.
6. Perhiasan
Masyarakat praaksara udah mengenal perhiasan, diantaranya berupa gelang, kalung, serta juga anting-anting.
Perhiasan ini banyak sekali dan kamu bisa temukan di daerah Jawa Barat, dan juga Jawa Tengah.
7. Mata Panah
Mata panah ini terbuat dari batu yang diasah dengan secara halus dan fungsi dari mata panah ini buat berburu.
Penemuan mata panah terbanyak di Jawa Timur dan juga Sulawesi Selatan.
8. Perahu
Teknik yang dipakai untuk membuat perahu saat itu masih sangat sederhana. Bahan yang dipakai seperti batang pohon, meranti, lanang, dan kedondong.
Setiap pohon yang dipilih untuk membuat perahu, sebelum ditebang harus didahului dengan upacara. Pembuatan perahu dimulai dari luar ke dalam.
Sisi dalam dari perahu itu dikeruk memakai ujung pasak yang dipakukan dan dibuat dengan ketebalan yang sama dengan kondisi luar.
Supaya perahu gak terbalik, dipasang cadik atau katik yang fungsinya sebagai penyeimbang dan buat menggerakan perahu udah dipasang sebuah layar.
Umumnya, layar yang dipakai adalah layar sudu – sudu (sudu = suru dalam bahasa Jawa).
Selain itu, saat ini juga udah dikenal sistem perdagangan dengan cara barter atau tukar menukar barang. Nilai dari besar kecilnya suatu barang ditentukan oleh kesepakatan kedua belah pihak.
Benda atau bahan yang biasanya dibarterkan yaitu ramuan hasil hutan, hasil pertanian/peternakan, hasil kerajinan seperti gerabah, beliung, perhiasan, perahu, dan garam/ikan laut.
Kepercayaan Zaman Neolitikum
1. Penguburan Langsung
Mayat dikuburkan sekali, yaitu dikubur langsung di dalam tanah atau diletakan dalam sebuah wadah/peti dan kemudian dikubur serta diikuti dengan upacara.
Cara peletakan mayat atau jenazah juga ada dua cara, yaitu:
- Membujur
- Terlipat atau meringkuk.
Mayat selalu dibaringkan mengarah ke tempat roh/arwah para leluhur (contohnya di puncak gunung).
Ada juga bekal buat sang mayat atau jenazah dalam perjalanan ke dunia roh berupa seekor anjing, unggas, serta manik – manik.
Penguburan seperti ini bisa kamu temui atau jumpai di Anyer dan di Plawangan (Jawa Barat), serta Rembang (Jawa Tengah).
2. Penguburan Tidak Langsung
Penguburan dengan teknik ini biasanya diterapkan di daerah Gilimanuk (Bali), Lomblen Flores (NTT), Melolo (Sumba), dan Lesung Batu (Sumatra Selatan).
Cara penguburannya yaitu mayat dikubur secara langsung didalam tanah, tanpa diikuti dengan upacara atau doa tertentu.
Setelah diperkirakan mayat udah berubah jadi kerangka, makam lalu digali lagi. Kemudian, kerangka tersebut dicuci dan diberi hematit pada persendian, lalu diletakkan dalam tempayan atau sarkofagus.
Ada kepercayaan yang menyebutkan, kalo seseorang yang udah meninggal jiwanya akan ada di alam roh dan setiap orang punya tempatnya yang beda dengan orang lain.
Perbedaan tempat tesebut ditentukan dengan amal perbuatan yang dilakukan selama masih hidup di dunia dan besarnya upacara kematian/penguburan yang diselenggarakan.
Puncak dari penyelenggaraan upacara ditandai dengan pendirian bangunan batu besar yang juga disebut dengan megalith.
Corak Kehidupan Zaman Neolitikum
Kehidupan masyarakat dalam bidang ekonomi ini sangat berkembang pesat, karena udah ada sistem perdagangan dengan cara barter atau tukar menukar barang.
Kepercayaan di zaman neolitikum ini mulai mengenal Dewa, dan saat itu juga udah mengenal sistem berburu dengan memakai mata panah.
Masyarakat pada saat ini udah mengerti cara bercocok tanam, hidup menetap, beternak, dan mulai membuat peraturan hidup bersama dalam suatu kelompok.
Peninggalan pada Zaman Neolitikum
1. Arca atau Patung
Arca atau patung merupakan batu yang berbentuk binatang atau manusia, buat melambangkan nenek moyang dan dipakai sebagai pujaan.
Arca atau patung ini banyak sekali ditemukan di daerah Pasemah (Sumatra Selatan) dan Lembah Bada Lahat (Sulawesi Selatan).
2. Menhir
Menhir merupakan sebuah batu besar tunggal yang bentuknya seperti tiang atau tugu, fungsinya sebagai tanda peringatan arwah nenek moyang.
Menhir ini bisa kamu temukan di daerah Rembang (Jawa Tengah), Lahat (Sumatra Selatan), Pasemah (Sumatra Selatan), dan Ngada (Flores).
3. Punden Berundak-undak
Punden berundak merupakan bangunan yang berteras – teras dan dipakai sebagai tempat pemujaan roh nenek moyang.
Dalam perkembanyannya, pundek berundak-undak juga disebut sebagai bentuk awal dari candi di Indonesia.
Pundek berundak ini banyak sekali ditemukan di daerah Kuningan (Jawa Barat), Lebak Sibedug (Banten Selatan), dan Leles (Garut).
4. Waruga
Wargua merupakan kubur batu yang bentuknya kubus atau bulat, terbuat dari batu utuh yang besar.
Waruga ini banyak sekali dan bisa kamu temukan di daerah Sulawesi Utara dan juga Sulawesi Tengah.
5. Sarkofagus
Sarkofagus juga merupakan peti yang dipakai buat menyimpan jenazah, cuma aja bentuk dari sarkofagus seperti palung atau lesung yang terbuat dari batu utuh dan udah diberi penutup.
Sarkofagus ini banyak sekali ditemukan di daerah Bali dan juga Bondowoso (Jawa Timur).
6. Kubur Batu
Kubur batu merupakan peti yang dipakai sebagai tempat penyimpanan jenazah atau mayat dan terbuat dari bahan dasar batu.
Kamu bisa menemukan kubur batu ini di daerah Cepu (Jawa Tengah), Wonosari (Yogyakarta), Bali, Cirebon (Jawa Barat), Pasemah (Sumatera Selatan).
7. Dolmen
Dolmen merupakan meja batu yang dipakai sebagai tempat sesaji dan pemujaan kepada nenek moyang.
Dolmen atau meja batu ini mempunyai fungsi sebagai penutup sarkofagus.
Kamu bisa menemukan Dolmen atau meja batu ini di daerah Besuki, Jawa Timur dan dikenal sebagai pandhusa.
Masa Food Producing Zaman Neolitikum
Food Producing atau menghasilkan makanan sendiri terjadi saat manusia udah mulai bisa bercocok tanam dan hidup secara menetap (sedenter).
Perubahan dari food gathering (mengumpulkan makanan) jadi food producing (menghasilkan makanan sendiri), lalu pola tempat tinggal yang dari berpindah-pindah (nomaden) jadi menetap (sedenter) dengan membuat rumah.
Perubahan ini terjadi pada zaman neolitikum, dengan bukti ditemukan alat – alat seperti Kapak Persegi dan Kapak Lonjong yang diperkirakan dipakai sebagai alat pertanian.
Jadi pada masa food producing, pada kehidupan manusia purba mengalami perubahan yang signifikan yaitu BENAR.
Dan juga sebab pada masa food producing, manusia mulai hidup menetap dan mengolah tanah, juga BENAR dan punya hubungan.
Banyak batt
Udah dikasih banyak cincong
kapak yg penampanganya berbentuk lonjong/ bulat telur,dengan ujung pangkal berbentuk lancip,luncir,melebar,dan ditempatkan tangkai,kemudian diikat menyiku.krena brasal dri zman batu muda (neolitikum), mka kapak ini diperkirakan digunakan sebagai alat yg digunakan dlm bercocok tnam.
Apa yang dimaksud kapak lonjong