Contoh Budaya Politik

Arli 5 Februari 2023

Budaya politik  memiliki peran yang cukup vital bagi suatu negara karena budaya politik ini menentukan sistem dan norma negara hingga hukum yang digunakan.

Lalu, apa sih contoh dari budaya politik itu sendiri? Mengapa sebesar itu pengaruhnya pada suatu negara?

Nah, buat kamu yang penasaram kamu bisa simak beberapa contoh budaya politik berikut ini.

Contoh Budaya Politik  Parokial

Contoh Budaya Politik  Parokial

Budaya politik parokial merupakan salah satu contoh budaya politik yang banyak dianut oleh masyarakat di Indonesia.

Budaya politik parokial ini adalah suatu tingkat partisipasi politik dari masyarakat dari negara tersebut sangat rendah sehingga norma dan hukum dari suatu negara tersebut tidak dapat diselesaikan secara politik atau musyawarah dan cara yang digunakan lebih pada penyelesaian secara adat.

Salah satu bentuk contoh budaya politik parokial ini adalah mengagungkan peran dari seorang kepala suku, tokoh adat, ketua kampung, hingga seorang ulama atau kyai.

Atau orang yang didapuk sebagai orang yang dipercaya untuk menyelesaikan suatu permasalahan, menghukum seseorang yang telah melanggar aturan adat istiadat, hingga mencetuskan solusi dari suatu permasalahan yang terjadi.

Budaya politik parokial ini sudah hampir tidak digunakan oleh beberapa Negara di dunia karena dinilai “kuno” dan tidak sesuai dengan beberapa sistem ketatanegaraan.

Sehingga beberapa Negara tersebut mulai memilih budaya politik yang lebih baru dan lebih sesuai dengan sistem, norma, hukum, dan literatur masyarakatnya.

Beberapa suku pedalaman di Indonesia ini  masih berpegang teguh untuk menggunakan asas budaya politik parokial karena mereka percaya bahwa nenek moyang mereka adalah seseorang yang agung dan mereka percaya bahwa keturunan orang terpilih dapat membawa kemakmuran.

Tapi guys,

Tidak hanya suku pedalaman di Indonesia saja yang masih menganut sistem budaya politik parokial.

Namun, beberapa suku pedalaman di beberapa Negara Benua Afrika pun masih menganut sistem budaya politik parokial karena kurangnya pendidikan politik sehingga mereka masih mempercayakan semua pada kepala suku.

Ciri-ciri dari suatu masyarakat atau Negara yang menganut budaya politik parokial diantaranya:

  • Tidak menggunakan hak pilih dalam pemilah presiden dan perangkatnya
  • Tidak mempedulikan kepentingan bangsa baik kepentingan dalam negeri maupun kepentingan luar negeri
  • Tidak memiliki selera untuk membahas hal-hal berbau politik.

Jadi, kelompok masyarakat atau Negara yang menganut paham budaya politik parokial ini lebih bersifat individualistis dan lebih mementingkan dirinya sendiri.

Sehingga apabila Negaranya tengah mengalami krisis perpolitikan, kelompok masyarakat yang menganut paham budaya politik parokial ini seolah-olah tidak mau ikut campur dalam permasalahan.

Contoh Budaya Politik Subjek Atau Kaula

Contoh Budaya Politik Subjek Atau Kaula

Budaya politik lain yang dianut oleh Negara Indonesia adalah budaya politik subjek atau kaula. Ya, salah satu contoh budaya politik yang satu ini cukup banyak dianut oleh masyarakat Indonesia.

Budaya politik subjek atau kaula adalah sebuah elemen masyarakat dari suatu Negara (termasuk Indonesia)yang telah paham akan apa itu politik, sistem perpolitikan, hingga tata cara berpolitik.

Namun tetap saja dari masyarakat yang telah paham akan budaya politik tersebut tidak terlalu aktif dalam keikutsertaan menjalankan budaya politik yang dianut oleh suatu Negara tertentu termasuk Indonesia.

Dapat dikatakan bahwa kelompok masyarakat yang menganut budaya politik subjek atau kaula ini memang telah mengetahui tentang masalah perpolitikan namun mereka enggan untuk aktif dan terjun langsung dalam berbudaya politik yang dianut oleh Negaranya.

Beberapa contoh budaya politik subjek atau kaula yang banyak ditemui diantaranya :

  • Tidak berani untuk menyampaikan pendapat politiknya di depan umum
  • Tidak mau ikut serta dalam urusan pemilihan presiden dan perangkatnya karena bagi mereka presiden yang terpilih nantinya tidak akan membawa perubahan apapun dan memilih untuk tidak ikut pemilu.

Contoh Budaya Politik Partisipan

Contoh budaya politik ketiga yang dianut oleh Bangsa Indonesia adalah budaya politik partisipan.

Guys, tidak semua masyarakat Indonesia ini menganut sistem budaya politik parokial dan budaya politik subjek atau kausal yang pasif akan perkembangan dunia perpolitikan di Indonesia.

Hampir 90 persen masyarakat indonesia ini mengamalkan contoh-contoh budaya politik partisipan yang mana masyarakat dituntut untuk aktif dan menyuarakan pendapat politiknya karena sesuai dengan Undang-Undang bahwa setiap warga negara dilindungi dalam menyuarakan pendapat politiknya.

Jadi guys,

Dapat dipastikan bahwa Bangsa Indonesia ini sebagian besar masyarakatnya menganut budaya politik partisipan karena masyarakat khususnya para remaja millenial telah menggunakan hak politiknya.

Hak politik disini berarti mau untuk menyuarakan pendapat dan ikut aktif dalam proses pemilihan umum (pemilu).

contoh budaya politik jenis partisipan diantaranya:

  • Turut serta menyuarakan pendapat politik
  • Ikut serta dalam pemilihan presiden beserta perangkatnya
  • Menjadi peserta pemilu
  • Menyuarakan aspirasi melalui demonstrasi dalam sesuai dengan Undang-Undang
  • Hingga tergabung dalam partai politik

Untuk itu guys, bagi kamu para anak muda millenial yang telah paham akan beberapa contoh budaya politik, maka jalankan budaya politik yang positif dan lebih aktif dalam berpartisipasi politik demi kemajuan Bangsa Indonesia.

Budaya politik adalah suatu budaya untuk menentukan sikap dan perilaku masyarakat dalam menentukan hak-hak politiknya.

Untuk kamu para remaja millenial, pilih salah satu dari contoh budaya politik yang positif guna membangun perubahan bangsa sehingga Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dalam berbudaya dan berpolitik.

Arli Fauzi

Mahasiswa yang aktif dengan kepanitian dan pandai dalam public speaking

Tinggalkan komentar

Artikel Terkait

Kerukunan Umat Beragama


Warning: Undefined variable $url in /www/wwwroot/cerdika.com/wp-content/themes/gpblogpro/single.php on line 74
Vira
31 Juli 2023

Prinsip Demokrasi Pancasila


Warning: Undefined variable $url in /www/wwwroot/cerdika.com/wp-content/themes/gpblogpro/single.php on line 74
Arli
31 Juli 2023