Daerah Istimewa Yogyakarta ini, ada beberapa macam rumah adat yang digunakan oleh masyarakat sekitar.
Bentuk rumah adat Yogyakarta, gak begitu berbeda dengan bentuk atau nama rumah adat yang ada di daerah Jawa Tengah.
Karena, adanya keterikatan budaya Jawa yang ada di kedua daerah ini.
Penasaran? Apa aja jenis rumah adat yang ada di daerah Istimewa Yogyakarta ini? Yuk, simak ulasannya berikut ini.
1. Rumah Adat Yogyakarta Joglo
Rumah adat Yogyakarta Joglo mungkin lebih sering didengar orang awam, daripada rumah adat Yogyakarta Bangsal Kencono.
Rumah adat Joglo ini, sering sekali ditemukan di beberapa daerah di pulau Jawa, gak cuma ada di daerah Yogyakarta aja.
Tapi aslinya, Joglo adalah rumah adat yang berasal dari Provinsi Jawa Tengah.
Karena, Jawa Tengah ini memiliki karakteristik budaya dan adat yang sangat unik dibandingkan dengan provinsi di pulau Jawa lainnya.
Meski rumah Joglo udah sering didengar, tapi nyatanya masih banyak yang mencari informasi yang lebih mendalam tentang rumah adat Joglo ini.
Misalnya aja, tentang ragam nama-nama rumah Joglo yang ternyata masih dibagi kedalam 17 jenis.
Berikut dibawah ini, ada beberapa jenis rumah adat Joglo yang ada di Yogyakarta, yaitu:
- Joglo Limasan Lawakan
- Joglo Sinom
- Joglo Jompongan
- Joglo Pangrawit
- Joglo Mangkurat
- Joglo Hageng
- Joglo Semar Tinandhu
- Joglo Ceblokan
- Joglo Kepuhan Limolasan
- Joglo Lambangsari
- Joglo Kepuhan Lawakan
- Joglo Kepuhan Awitan
- Joglo Wantah Apitan
- Joglo Jepara
- Joglo Kudus
- Joglo Pati
- Joglo Rembang
Meski jenisnya beragam, tapi intinya rumah adat Joglo cuma dibagi kedalam 2 bagian besar, yaitu rumah induk dan rumah tambahan.
Didalam rumah induk dibagi lagi menjadi 8 bagian. Sedangkan, buat rumah tambahan cuma berisi pelengkap rumah induk.
Berikut dibawah ini, 8 bagian yang ada didalam rumah induk, diantaranya yaitu:
- Pendopo
Bagian rumah induk Pendopo ini, biasanya ada di depan rumah.
Fungsinya buat tempat pertemuan, tempat pagelaran seni seperti wayang kulit, tari-tarian, dan upacara adat.
- Pringitan
Bagian rumah induk Pringitan ini merupakan penghubung bagian dalam.
Fungsinya sebagai jalan masuk ke lorong, biasanya bagian ini juga dipakai buat pertunjukan wayang kulit.
- Teras
Teras merupakan bagian rumah induk yang menghubungkan bagian pringitan dengan rumah dalam.
Teras berfungsi sebagai bagian rumah buat menerima tamu, tempat bersantai, dan kegiatan lain yang bersifat berkumpul.
- Rumah Dalam
Rumah dalam bisa berisi rumah besar atau rumah belakang.
Fungsinya yaitu buat tempat tinggal orang yang tinggal di rumah adat Joglo tersebut.
- Senthong Kiwa
Kiwa, dalam bahasa Jawa artinya kiri. Biasanya di senthong kiwa dipakai buat kamar tidur, gudang, atau tempat penyimpanan logistik seperti makanan dan lainnya.
- Senthong Tengah
Senthong tengah fungsinya buat menyimpan harta keluarga atau barang pusaka yang dimiliki oleh sang pemilik rumah.
Contohnya, benda pusaka yang sering terlihat di senthong adalah pusaka keris, dan banyak lagi jenis pusaka lainnya.
- Senthong Tengen
Tengen dalam bahasa Jawa artinya kanan. Bagian ini berfungsi cuma sebagai pembagian ruangan sisa.
- Gandhok
Fungsinya cuma buat bangunan tambahan, biasanya letaknya mengelilingi sisi samping dan belakang bangunan inti.
2. Rumah Adat Yogyakarta Bangsal Kencono
Rumah adat Bangsal Kencono, biasanya luasnya lebih besar dari pada rumah adat Joglo. Bangsal Kencono atau rumah padepokan dengan halaman luas mencapai 14.000 meter persegi.
Rumah adat Bangsal Kencono ini, dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1756 Masehi, dengan tujuan sebagai tempat berkumpul buat acara keagamaan atau kesultanan.
Contohnya: Seperti acara naik tahta seorang Sultan, biasanya akan digelar di rumah adat Bangsal Kencono.
Pada dasarnya, gak ada perbedaan yang mencolok antara rumah adat Bangsal Kencono dengan desain rumah adat di daerah Jawa Tengah.
Ciri khas rumah adat Jawa Tengah yaitu memiliki bubungan tinggi penyangga tiang pada bagian tengahnya. Ditinjau dari bahan bangunannya, terbuat dari bahan sirap atau genting tanah.
Sedangkan, buat bagian rumah adat Bangsal Kencono sendiri dibagi atas 3 bagian besar yaitu:
A. Bagian Depan
Bagian depan pada rumah adat Bangsal Kencono ini terbagi menjadi beberapa, yaitu:
- Gladhag Pangurakan
Yaitu nama lain dari gerbang utama. Fungsi dari Gladhag Pangurakan ini, sebagai pintu masuk kedalam istana.
- Alun-Alun Lor
Fungsinya sebagai tempat diselenggarakannya upacara grebeg, upacara, sekaten, watangan, dan acara-acara penting lainnya.
- Kompleks Masjid Gede
Fungsinya sebagai tempat beribadah buat punggawa kesultanan. Kompleks masjid gedhe berada di barat alun-alun utara.
B. Bagian Inti
Bagian inti dari rumah adat Yogyakarta Bangsal Kencono ini terdiri dari:
- Bangsal Pagelaran
Bagian ini dipakai para punggawa kesultanan menghadap Sang Sultan, saat ada suatu upacara resmi Kesultanan.
- Siti Hinggil Ler
Bagian Siti Hinggil Ler ini, terletak di selatan bangsal pagelaran.
Fungsinya sendiri sebagai tempat melaksanakan upacara-upacara kesultanan yang bersifat resmi.
- Kamandhungan Ler
Letaknya ada di bagian utara, dan fungsinya sebagai tempat buat mengadili perkara-perkara berat yang diancam dengan hukuman mati.
- Sri Manganti
Di sebelah selatan kamandungan ler ada bagian sri menganti, dan berfungsi sebagai tempat buat menerima tamu-tamu penting kerajaan.
- Kedhaton
Seluruh anggota kerajaan atau kesultanan tinggal di bagian kedathon ini.
- Kemangangan
Bangunan ini dipakai sebagai tempat menerima pada abdi-dalem, tempat berlatih, tempat diselenggarakannya ujian, dan tempat apel kesetiaan para abdi kesultanan.
- Siti Hinggil Kidul
Siti Hinggil Kidul dipakai buat menyaksikan pagelaran adu manusia dan harimau, tempat buat gladi resik upacara Grebeg, tempat berlatih para prajurit wanita, dan buat prosesi awal upacara pemakaman Sultan yang wafat sebelum menuju ke Imogiri.
C. Bagian Belakang
Bagian belakang dari rumah adat Yogyakarta Bangsal Kencono ini terdiri dari:
Bagian belakang rumah adat Bangsal Kencono ini, cuma terdiri dari dua bagian besar yaitu Alun-alun Kidul yang terletak di selatan Keraton dan Plengkung Nirbaya yang letaknya juga ada di selatan Keraton dan fungsinya sebagai poros utama ujung selatan.
3. Rumah Adat Yogyakarta Limasan
Rumah adat limasan yaitu rumah tradisional yang banyak dibangun oleh masyarakat Yogyakarta.
Rumah adat Yogyakarta Limasan ini, cukup sederhana dan gak membutuhkan banyak biaya dalam pembuatannya.
Limasan berasal dari kata “limolasan” yang berarti limabelasan.
Perhitungan sederhana dalam pembuatan rumah limasan adalah dengan ukuran molo 3 m dan blandar 5 m.
Molo yaitu kerangka rumah paling atas yang bentuknya memanjang horizontal di ujung atap. Ibarat manusia, molo adalah kepalanya.
Makanya sebelum molo dipasang, orang gak boleh melangkahinya. Inilah bagian rumah yang dianggap paling keramat, kalo kamu memakai molo 10 m, maka blandarnya harus berukuran 15 m.
Dalam perkembangannya bangunan limasan memilikii bentuk sesuai dengan kebutuhan. Makanya, muncul macam-macam limasan, seperti:
- Limasan Lawakan
- Limasan Gajah Ngombe
- Limasan Gajah Njerum
- Limasan Apitan
- Limasan Klabang Nyander
- Limasan Pacul Gowang
- Limasan Gajah Mungkur
- Limasan Cere Gancet
- Limasan Apitan Pengapit
- Limasan Lambang Teplok
- Limasan Semar Tinandhu
- Limasan Trajumas Lambang Gantung
- Limasan Trajumas
- Limasan Trajumas Lawakan
- Limasan Lambangsari
- Limasan Sinom Lambang Gantung Rangka Kuthuk Ngambang.
Ruangan dalam rumah limasan terbagi 3, yaitu ruang depan, ruang tengah dan ruang belakang.
Ruang belakang dibagi menjadi sentong kiwo, sentong tengah, dan sentong tengen. Penambahan kamar biasanya, ditempatkan di sebelah sentong kiwo atau sentong tengen.
Buat petani, sentong kiwo fungsinya buat menyimpan alat-alat pertanian, sentong tengah buat menyimpan hasil pertanian, dan sentong tengen dipakai buat kamar tidur.
4. Rumah Adat Yogyakarta Kampung
Rumah adat Kampung ini, terdiri dari soko (tiang) yang berjumlah 4, 6, atau 8 dan seterusnya. Biasanya, rumah adat Kampung ini cuma memerlukan 8 soko.
Atap rumah adat Kampung ini, terletak pada dua belah sisi atas rumah dengan satu bubungan atau wuwung.
Dalam perkembangannya, rumah kampung mengalami banyak perubahan dan variasi jadi muncul aneka rumah kampung, diantaranya yaitu:
- Kampung Pacul Gowang
- Kampung Srotong
- Kampung Dara Gepak
- Kampung Klabang Nyander
- Kampung Lambang Teplok
- Kampung Lambang Teplok Semar Tinandhu
- Kampung Gajah Njerum
- Kampung Cere Gancet
- Kampung Semar Pinondhong.
5. Rumah Adat Yogyakarta Panggang Pe
Rumah adat panggang-pe adalah bentuk rumah yang paling sederhana dan merupakan bangunan dasar.
Inilah bangunan pertama yang dipakai orang buat berlindung dari gangguan angin, udara dingin, air hujan, dan terik matahari.
Bangunan sederhana rumah adat Panggang Pe ini, cuma membutuhkan empat atau enam tiang.
Di sekelilingnya, ditegakkan dinding dari anyaman bambu atau papan. Karena amat sederhana, maka ruangannya hanya satu.
Kalo ada kebutuhan keluarga maka bisa ditambah teras di belakang rumah. Dengan begitu, bentuk panggang-pe memiliki banyak variasi, seperti:
- Panggang-pe Gedhang Selirang
- Panggang-pe Empyak Setangkep atau Panggang-pe Cere Gancet
- Panggang-pe Trajumas
- Panggang-pe Barengan.
Itulah pembahasan lengkap mengenai Rumah Adat Yogyakarta beserta gambarnya diatas. Gimana? Mudah dipahami kan?
Oiya, kalo ada kekurangan atau pertanyaan lainnya, langsung tulis aja dikolom komentar dibawah ini yak.
Semoga bisa membantu dan bermanfaat 😀