Penggunaan bahasa buat komunikasi udah gak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia sehari-hari.
Satuan dari bahasa yaitu terdiri atas kata, frasa, dan kalimat.
Kata sering memiliki makna yang berbeda-beda, tergantung pada konteks apa kata itu digunakan dan kalimat apa yang mengikuti penggunaan kata tersebut.
Semantik adalah ilmu tata bahasa yang mempelajari tentang makna kata dan perkembangannya.
Didalam semantik, kaidah tata bahasa dipelajari dengan memperhatikan keterkaitan kata dan maknanya dan pengujarannya (vocal/ bunyi).
Jadi, sebenarnya makna kata itu apa sih? Penasaran? Yuk simak ulasan berikut ini!
Pengertian Makna Kata
Makna kata merupakan hubungan antara bunyi ujaran (vocal) dengan hal yang dimaksudkan dari kata tersebut.
Makna suatu kata gak selalu tetap. Makna kata dalam bentuk lepas gak selalu sama dengan makna kata tersebut kalo berada didalam kalimat.
Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh susunan dan hubungan kata lepas (kata secara “utuh”/”tunggal” yang gak berada dalam kalimat) dengan kata lepas lainnya didalam kalimat.
Jenis Makna Kata Menurut Abdul Chaer
Berikut dibawah ini, ada beberapa jenis makna kata menurut Abdul Chaer, diantaranya yaitu:
1. Makna Leksial
Makna leksial merupakan makna yang dimiliki oleh suatu kata dalam bentuk lepas atau bukan dalam kalimat.
Makna leksial ini bersifat tetap dan pasti karena mengikuti kamus yang ada.
Makna leksial disebut juga dengan makna lugas atau makna denotatif, sebagaimana arti yang bisa ditemukan dalam kamus.
Contohnya:
- Kata “kursi” memiliki makna “tempat duduk yang berkaki empat dan bersandaran”.
- Kata “benang” memiliki makna “tali halus yang dipintal dari kapas”.
2. Makna Gramatikal
Makna gramatikal merupakan makna yang dimiliki oleh suatu kata setelah kata tersebut berada dalam kalimat.
Makna gramatikal muncul akibat hubungan kata yang dimaksud dengan kata lain yang ada dalam satuan yang lebih besar, seperti frase atau kalimat.
Makana gramatikal disebut jug dengan makna struktural, atau arti kata yang diteliti berdasarkan hubungannya dengan struktur bahasa.
Contohnya:
- Kata “baju” menjadi “berbaju”, dan melahirkan makna gramatikal “mengenakan atau memakai baju”.
- Kata “berkuda” memiliki makna gramatikal “mengendarai kuda”.
- kata dasar “sate” dan “lontong” menjadi kata “sate lontong”, menimbulkan makna gramatikal “sate bercampur lontong”.
3. Makna Kontekstual
Makna kontekstual merupakan makna dari sebuah kata atau leksem yang muncul berdasarkan suatu konteks.
Contohnya:
- Kata “kepala” akan berbeda antara frasa “kepala nenek”, dengan “kepala surat”, atau “kepala sekolah”, atau “kepala jarum”, dan lainnya.
4. Makna Referensial
Makna referensial merupakan makna yang memiliki referensi atau acuannya dalam dunia nyata.
Contohnya:
- Kata “saya”, pada kalimat (“Tadi saya bertemu dengan Aji”, Kata Anjar pada Beni) makna kata “saya” mengacu pada Aji, sedangkan pada kalimat (“Saya ingin berjumpa dengan dia”, kata Beni) makna kata “saya” mengacu pada Beni.
5. Makna Non-referensial
Makna non-referensial adalah lawan dari makna referensial. Makna non-referensial merupakan makna pada kata yang gak memiliki acuan di dunia nyata.
Contohnya:
Kata “dan”, “atau”, “karena”, “maka”, “sebab”, “jika”. Kata kata tersebut tidak memiliki acuan yang jelas.
6. Makna Denotatif
Makna denotatif yaitu makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang diimiliki sebuah kata dan gak memiliki makna tersembunyi lain didalamnya.
Hampir sama dengan makna leksial, makna denotatif mengacu pada makna yang ada pada kamus atau literatur bahasa lain.
Contohnya”
- Kata “bunga” memiliki artian denotatif “tanaman bunga yang tumbuh di taman”.
7. Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada sebuah kata yang berhubungan dengan nilai rasa seseorang atau kelompok yang memakai kata tersebut.
Contohnya: Kata “kurus”, “ramping”, dan “kerempeng” merupakan kata-kata yang bersinonim.
- Kata “kurus” mengacu pada keadaan tubuh seseorang yang lebih kecil dari ukuran normal.
- Kata “ramping” yang bersinonim dengan kata “kurus” memiliki konotasi positif, yaitu nilai yang mengenakkan, atau dengan kata lain oerang akan senang apabila dikatakan ramping.
- Kata “kerempeng” adalah sinonim kata “kurus” yang memiliki makna konotatif negative, atau orang akan merasa gak senang atau tidak nyaman kalo dikatakan kerempeng.
8. Makna Konseptual
Makna konseptual merupakan makna yang dimiliki oleh sebuah kata yang terlepas dari konteks atau asosiasi apapun.
Dengan kata lain, makna konseptual merupakan makna yang terkandung pada kata yang berdiri sendiri.
Contohnya:
- Kata “sawah” memiliki makna ladang atau tempat untuk bercocok tanam padi.
9. Makna Asosiatif
Makna asosiatif merupakan makna kata yang muncul karena adanya hubungan kata tersebut dengan hal lain di luar bahasa.
Contohnya:
- Kata “hitam” yang berasosiasi pada sesuatu yang jahat atau negatif.
- Kata “putih” yang berasosiasi dengan hal hal yang suci, kebenaran, atau kebaikan.
10. Makna Kata
Makna kata merupakan makna yang bersifat umum, gambaran kasar, dan tidak jelas. Makna ini menjelaskan beberapa kata sebagai kata yang bermakna lazim atau sama.
Contohnya:
- Kalimat “tangannya terkilir karena jatuh” dan “lengannya terkilir karema jatuh”, pada kalimat-kalimat tersebut kata “tumit” dan “kaki” memiliki makna yang serupa atau dalam istilah lain kata kata tersebut bersinonim.
11. Makna Istilah
Makna istilah bersifat jelas, gak meragukan, dan cuma digunakan pada suatu bidang keilmuan ataupun kegiatan tertentu aja.
Contohnya: Kata “lengan” dan “tangan” pada ilmu kedokteran, keduanya adalah bagian anatomi tubuh yang berbeda.
- Istilah “lengan” mengacu pada bagian tubuh mulai dari bagian siku sampai ke pangkal bahu.
- Istilah “tangan” mengacu pada bagian tubuh mulai dari jari jari tangan hingga ke siku.
12. Makna Idiom
Makna idiom atau makna idiomatic yaitu makna kata yang ada pada kelompok kata tertentu, dimana makna yang terbentuk berbeda dengan makna asli dari kata tersebut.
Asal usul kemunculan makna kata tersebut atau frasa tersebut tidak diketahui.
Contohnya:
- Pada frasa “ringan tangan” bukan berarti tangan itu harus memiliki bobot yang ringan, tapi penggunaan frasa itu mengacu pada sifat “yang suka menolong”.
13. Makna Peribahasa
Makna peribahasa mirip dengan makna idiom, yaitu makna yang timbul karena pembentukan frasa atau kumpulan kata tertentu.
Bedanya dengan makna idiom, makna peribahasa memiliki asal usul yang masih dapat ditelusuri.
Contohnya:
- Kalimat “dua orang tersebut bagai anjing dan kucing”, “frasa anjing dan kucing” memiliki makna “tidak pernah akur”, makna ini masih berasosiasi kalo hewan kucing dan anjing pada kenyataannya emang selalu berkelahi saat bertemu.
- Kalimat “selebar daun kelor”, frasa tersebut bermakna sempit atau kecil, makna ini berasosiasi pada kenyataan kalo daun kelor adalah daun yang kecil.
Jenis Makna Menurut Goeffrey Leech
Berikut dibawah ini, ada beberapa jenis makna kata menurut Goeffrey leech, diantaranya yaitu:
1. Makna Konotatif
Makna konotatif yaitu makna lain yang ditambahkan pada sebuah kata yang berhubungan dengan nilai rasa seseorang atau kelompok yang memakai kata tersebut.
Contohnya:
- Kata “wanita” dan “perempuan”, di masyarakat pengguunaan kata “wanita” memiliki konotasi positif, sedangkan kata “perempuan” memiliki konotasi yang negatif.
2. Makna Stilistik
Makna stilistika yaitu makna yang timbul karena gaya pemilihan kata sehubungan dengan perbedaan sosial (strata) dan bidang kegiatan di dalam masyarakat.
Sebagai contoh penggunaan kata “rumah”, “pondok”, “vila”, “keraton”, “gubuk”, “kediaman”, dan “resindensi”.
Kata kata tersebut secara umum memiliki artian tempat tinggal manusia, tapi:
- Kata “keraton” penggunaannya ditujukan untuk tempat tinggal raja dan ratu.
- Kata “vila” digunakan untuk tempat tinggal selama liburan.
- Kata “gubuk” digunakan untuk “tempat tinggal sederhana”.
3. Makan Afektif
Makna afektif adalah makna yang berhubungan dengan perasaan pembicara terhadap lawan bicara atau objek yang dibicarakan.
Makna afektif akan lebih terlihat perbedaannya dengan makna lain kalo digunakan secara lisan.
Sebagai contoh kalimat “mohon tenang” dan “tutup mulut kalian” memiliki pesan yang sama, yaitu meminta seseorang untuk diam.
Tapi memiliki artian yang berbeda:
- Kalimat “mohon tenang” memiliki makna yang terdengar halus.
- Kalimat “tutup mulut kalian” memiliki makna dengan konteks yang lebih kasar.
4. Makna Refleksi
Makna refleksi yaitu makna yang muncul pada saat penutur merespon apa yang dia lihat. Makna refleksi akan lebih ekspresif saat digunakan secara lisan.
Contohnya:
- Aduh
- Wah
- Oh
- Astaga
- Ah
- Yah
5. Makna Kolokatif
Makna kolokatif yaitu makna yang timbul pada kata kata bersinonim, tapi penggunaan masing-masing kata yang bersinonim memiliki ciri ciri tertentu.
Contohnya:
- Kata “tampan” dan “cantik” memiliki makna yang sama, yaitu memiliki rupa yang indah atau dikagumi. Tapi kata “tampan” identik dengan pria. Sedangkan kata “cantik” identik dengan wanita.
6. Makna Konseptual
Makna konseptual yaitu makna yang dimiliki oleh sebuah kata yang terlepas dari konteks atau asosiasi apapun.
Dengan kata lain, makna konseptual merupakan makna yang terkandung pada kata yang berdiri sendiri.
Contohnya:
- Kata “kuda” memiliki makna hewan mamalia berkaki empat yang dimanfaatkan sebagai moda transportasi.
7. Makna Tematik
Makna tematik yaitu makna yang disampaikan menurut cara penuturannya atau cara penataan pesannya, yang meliputi urutan, fokus, dan penekanan.
Nilai komunikatif tersebut dipengaruhi pula oleh penggunaan kalimat aktif dan kalimat pasif.
Contohnya:
- Kalimat “Mata kuliah apa yang diajarkan oleh Pak Anang?” adalah kalimat tanya yang menekankan pada objek.
- Kalimat “Siapakah yang mengajar mata kuliah Bahasa Indonesia?” adalah kalimat tanya yang menekankan pada subjek.
Jenis Makna Kata Menurut Dr. Muhammad Mukhtar Umar
Berikut dibawah ini, ada beberapa jenis makna kata menurut Dr. Muhammad Mukhtar Umar, diantaranya yaitu:
1. Makna Dasar atau Makna Asasi
Makna dasar atau makna asasi sering disebut juga sebagai makna awal atau makna utama. Makna dasar merupakan makna pokok dari suatu kata.
Contohnya:
- Kata “wanita” yang memiliki makna dasar “manusia, bukan laki-laki, dan dewasa”.
2. Makna Tambahan
Makna tambahan merupakan makna yang timbul di luar makna dasarnya.
Contohnya:
- Kata “wanita” memilki makna tambahan “makhluk yang lembut perasaannya, labil jiwanya, dan emosional” atau “makhluk yang pintar memasak dan suka berdandan”.
3. Makna Gaya Bahasa (Style)
Makna gaya bahasa (style) merupakan makna yang timbul karena menggunaan bahasa tersebut.
Penggunaan bahasa meliputi penggunaan bahasa buat sastra, penggunaan bahasa resmi, bahasa pergaulan dan lain sebagainya.
Contoh dalam bahasa Inggris, penggunaan kata “Dad” dipakai buat panggilan mesra dari seorang anak untuk ayahnya, sedangkan “father” dipakai sebagai panggilan hormat dan sopan pada ayahnya.
Jadi meski bersinonim, kata “dad” terkesan lebih intim dibandingkan kata “father”.
Kalo dalam bahasa Indonesia penggunaan kata “dad” dan “father” memiliki konteks yang sama dengan penggunaan kata “ayah” dan “ayahanda”.
4. Makna Nafsi atau Makna Objektif
Makna nafsi atau makna objektif merupakan makna yang timbul karena perbedaan lafadz.
Makna ini mengacu pada kata kata dalam bahasa yang membedakan pelafalan kata. Seperti bahasa Arab dan bahasa Cina, dimana perbedaan pelafalan suatu kata mempengaruhi makna yang timbul.
5. Makna Ihaa’i
Makna Ihaa’I merupakan makna yang berkaitan dengan sudut pandang penggunaannya.
Secara ringkas, makna yang masuk dalam makna ihaa’I yaitu makna kontekstual, makna kiasan atau makna peribahasa, dan lain sebagainya.
Itulah beberapa penjelasan lengkap mengenai makna kata beserta beberapa contohnya.
Gimana? Mudah dipahami kan pembahasan diatas tadi? Semoga bisa membantu dan bermanfaat 😀
Oiya, kalo ada kekurangan atau pertanyaan soal pembahasan diatas? Langsung tulis aja di kolom komentar dibawah ini yak!