Mata pelajaran #Bahasa Indonesia bagi kebanyakan orang mengasyikkan, ada yang suka karena tidak usah ribet menghitung ada pula yang suka karena membaca. Orang-orang suka membaca bukan? Khususnya cerita yang lucu seperti contoh teks anekdot layanan publik di sini.
Dalam rangkuman materi mengenai teks Anekdot kita mempelajari mengenai pengertian teks anekdot, struktur juga kaidahnya.
Pengertian teks anekdot sendiri adalah suatu cerita pendek yang lucu, iya harus lucu dan mengandung kritikan. Tujuan adanya teks anekdot ini diharapkan membawa gelak tawa, membuat orang terhibur sekaligus mendapatkan pelajaran dari ceritanya.
Supaya temen-temen lebih paham mengenai teks anekdot ini, kita udah kumpulin beberapa contoh teks anekdot layanan publik beserta strukturnya yang semoga bisa membantu tugas temen-temen dalam belajar teks anekdot Bahasa Indonesia.
Contoh Teks Anekdot Layanan Publik
1. Hukum Penjara Seumur Hidup untuk Pencuri Ikan
Ada seorang nelayan muda yang baru saja dijebloskan ke dalam penjara.
Orientasi
Pada hari pertama ia mendekam di penjara, napi sebelahnya menanyakan perihal kenapa ia sampai dipenjara :
Napi : “Kamu masih muda kok sudah masuk penjara, kejahatan apa yang telah kamu lakukan?”
Nelayan : “Saya hanya mencuri ikan”
Napi : “Terus kamu divonis berapa tahun?”
Nelayan : “Hanya divonis hukuman seumur hidup dengan masa percobaan 2 tahun.”
Krisis
Dengan rasa heran, si napi itu menanyakan lebih jauh lagi karena ini terbilang aneh
Napi : “Cuman mencuri ikan kamu bisa dihukum seberat ini? Memang ikan apa yang telah kamu curi? Paus langka?”
Nelayan : “Begini, aku mencoba membom ikan di dalam waduk dengan sebuah detonator atau bom kecil. Kemudian berhasil, ada 3 ekor ikan mengambang di permukaan air setelah alat yang saya gunakan meledak”
Napi : “Wah kalau cuman itu harusnya beberapa hari saja, tidak sampai seumur hidup dong?!”
Nelayan : “Belum selesai, permasalahannya adalah setelah ikan yang mengapung, tak lama kemudian ada 2 mayat penyelam yang ikut mengapung!”
Reaksi
Napi : “Wahahaha pantas saja kamu masuk penjara, ternyata tidak hanya ikan yang berhasil kamu bom. Bahkan penyelam yang tak bedosa saja ikut terkena bom”
Koda
Gelak tawa mereka mulai mereda. Setelah perbincangan singkat mengenai perihal si nelayan muda masuk penjara dan divonis seumur hidup mereka melanjutkan perbincangan dengan pembahasan lain.
2. Aku Tidak Apa-Apa
Pada suatu malam yang mencekam, ada sorang kakek tunawisma yang berjalan di jalan yang sepi dan hendak menyebrang jalan. Ia terlihat miskin, bisa dinilai dari banyu yang ia kenakan compang camping.
Orientasi
Namun baru satu langkah ia berjalan untuk menyebrang, tiba-tiba saja ada sebuah mobil dengan cepat melintas di hadapannya. Sontak berteriak dengan keras dan mulai menangis sesenggukan.
Krisis
Mobil itupun berhenti, dan pengemudinya bergegas keluar menghampiri sang kakek yang mungkin ia tabrak tadi. Penampilan pengemudi tersebut seperti orang kaya! Berjas hitam dan tampak modis. Ia pun bertanya kepada si kakek, “Apakah saya baru saja menabrak Anda?”
Rekasi
Dengan ramahnya sang Kakek menjawab, “Tidak nak tampan”. Kemudian si pengendara mobil bertanya sekali lagi. “Atau kakek sedang kelaparan dan mencoba memanggil bantuan dengan car amenjerit dan menangis?”. Si kakek menjawab kembali pertanyaan tersebut dengan jawaban Tidak. Si pengemudi tentu kebingungan mendengar jawaban si kakek. “Lalu apa yang membuat kakek menjerit dan menangis?”
Koda
Sembari berbalik badan hendak pergi meninggalkan si pengemudi, sang kakek menjawab “Saat kamu melintas tadi, ban mobilmu sempat melindas kaki makanya aku menjerit!”
3. Anak Saya Kerja Dengan Negara!
Pada suatu hari, Presiden negara A hendak membeli kue kepada seorang ibu di pinggir jalan.
Orientasi
Karena rasa ketertarikan yang kuat dengan penjual kue unik tersebut, sang Presiden mencoba bertanya kepada si ibu.
Presiden : “Sudah berapa lama ibu berjualan kue ini?”
Ibu : “Alhamdulillah, sudah hamper 30 tahun lamanya Pak”
Presiden : “Lho sudah 30 tahun tapi kenapa anak ibu tidak ikut membantu?”
Krisis
Ibu : “Saya punya anak 4, mereka sedang bekerja semua. Yang pertama bekerja di KPK, ke-2 di POLDA, ke-3 di Kejaksaan Negeri dan yang terakhir di DPR. Mereka sangat sibuk sekali.
Bapak Presiden menggeleng-gelengkan kepala seakan tidak percaya kakan apa yang didengarnya. Beberapa pengawal presiden berbicara di belakang. “Meskipun hanya berjualan kue, ibu ini bisa menjadikan anaknya sukses, jujur. Kalau mereka sampai korupsi mungin ibu ini sudah tinggal di rumah mewah!”
Presiden : “Wah, hebat sekali. Ngomong-ngomong apa jawaban anak ibu di POLDA, KPK, Kejaksaan Negeri dan DPR?
Ibu : “Ya sama seperti saya, jualan kue juga”
Koda
Bapak Presiden tercengan mendengar jawaban yang diberikan di penjual kue. Situasi kembali normal dan bapak presiden beserta pengawalnya kembali ke kantor setelah membeli kue tersebut.
4. Budaya Menyerobot
Abstraksi
Beberapa hari setelah hari raya idul fitri di sore hari. Yugi sedang mengobrol kesana kemari dengan sang kakak ipar dan saudara yang berkunjung ke rumahnya. Suadara Yugi menetap di Purwokerto, karena kebetulan sengaja berkunjung ke Jakarta untuk menikmati sisa libur lebaran yang ia punya.
Orientasi
Kemudian obrolan mereka bertiga sampai pada pembahasan mengenai riak dan pernik mudik saat lebaran. Ia bercerita mengenai betapa banyak pengemudi jalan raya tidak mematuhi aturan lalu lintas yang ada. Contoh saja mengenai seringnya mengabaikan keselamatan, missal satu sepeda dinaiki 5 orang. Juga aksi kebut-kebutan yang membahayakan banyak orang.
Krisis
Ia juga bercerita bahwa di Purwokerto kalai ada orang yang main serobot aja di lampu merah di suasana lebaran, pasti ada yang mengatakan “Itu pasti pemudik dari Jakarta!”
Reaksi
Aksi serobot lampu merah ini memang seperti budaya sendiri di Jakara. Banyak pengguna jalan yang kurang peduli pada rambu-rambu lalu lintas yang seharusnya ditaati. Ada peluang sedikit saja, langsung main serobot, melanggar lalu lintas.
Koda
Tingginya angka kecelakaan di kala musim mudik ini memang disebabkan karena budaya melanggar lalulintas
5. Mengukur Kedalaman Banjir Memakai Badan
Banjir merupakan fenomena alam yang kerap terjadi di beberapa kota besar di Indonesia khususnya ibu kota tercinta, Jakarta. Pada tahun 2015 kemarin menjadi berita utama di berbagai media berita.
Orientasi
Banyak sekali yang meliput mengenai betapa memperihatikannya kondisi area yang terkena banjir.
Krisis
Namun dalam peliputan berita, para jurnalis kerap mengalami kesulitan dalam melakukan pelaporan banjir besar yang melanda, karena orang Jakarta tidak mengukur dengan satuan ‘centimeter’, ‘meter’, dan ‘inchi’. Tapi menggunakan ukuran sendiri, yaitu dengan ukuran ‘mata kaki’, ‘dengkul’, ‘betis’, ‘pinggang’, bahkan ‘dada’!.
Reaksi
Apalah daya si jurnalis tersebut, mau tidak mau ia harus tetap melaporkan berita sesuai pemikirannya.
Koda
Akhirnya liputan mengenai banjir tetap bisa terlaksana dengan baik dengan menggunakan ukuran centimeter.
Beberapa cotoh teks anekdot layanan publik diatas semoga menjawab keingin tahuan temen-temen dalam pembelajaran materi Bahasa Indonesia ini. Jangan lupa share dan berkomentar dalam artikel edukasi ini
Ciri ciriny teks anekdot itu singkat, lucu, dan terus apa lagi kak ? 3 laggi …
sifatnya mengkritik, ada orang penting (public figure), menyindir juga
Makasih kak.. tugas sekolah saya jadi terselesaikan.. 😀
Menurut saya cerita tsb. Agak ganjil,,karena danau itu kan besar mungkin gx penyelam itu mati,kecuali bom tsb ada d atas/d dekat tubuh korban,,
Tapi teks anekdot ini sangat lucu,,terimakasih